Wednesday, April 22, 2020

Garang Asem Tanpa Daun

Hai Bunda apakabar?
Kembali saya mau menulis tentang menu masakan. Menu ini salah satu favorit keluarga, sewaktu di Lampung. Maka saya sering membuatnya, karena disana waktu itu tidak warung makan yang menjualnya. Kalau pengen ya kudu bikin sendiri.


Ketika tinggal di Jawa jadi jarang bikin, beli juga jarang. Malah sering masak menu Sumatera. Yah ..begitulah, kalau pas di Jawa kangen masakan Sumatera, begitupula sebaliknya. 

Baiklah, kembali ke niat awal mau cerita tentang satu resep masakan. Kali ini saya masak menu masakan Jawa yaitu Garang Asem. Kebetulan waktu ke pasar beli sayuran, Ibu sayur sedia belimbing wuluh. Jadi teringat garang asem. Ndilalah Paksuami dan anak lanang lagi kepengen garang asem. Cocok...!

Bahan-bahan dan bumbu sudah tersedia. Ayam, kelapa, dll. Kelapa sengaja saya beli yang belum diparut. Dirumah ada parut, nanti saya parut sendiri. Sejak kecil sudah biasa marut kelapa, alhamdulillah sampai sekarang masih bisa. Kata Emak itu keterampilan yang harus dilatih sejak kecil. Karena kalau tidak terbiasa, jari tangan bisa luka kena tajamnya parutan..hehe.

Kan banyak gilingan kelapa? Betul, tapi kadang ingin marut sendiri. Ya sudahlah tidak usah dipermasalahkan. Mau beli yang sudah diparut, atau marut sendiri...its oke lah, terserah saja. Ntar jadi ramee seperti lahiran normal atau sesar, gak habis-habis dibahas. 
***
Resep Garang Asem

Bahan 
Ayam 1 kg 
Santan 1/2 butir kelapa

Bumbu halus
Bawang merah 11
Bawang putih 5
Kemiri 3
Garam

Bumbu Pelengkap
Jahe geprek
Lengkuas geprek
Sereh geprek
Cabe rawit
Daun salam
Tomat hijau dan merah
Asam jawa (rendam air, saring)
Belimbing wuluh
Penyedap (optional)

Cara Masak:

1. Ayam dipotong ukuran kecil, cuci bersih, rebus sebentar..tiriskan
2. Tumis bumbu halus, masukan ayam, daun salam, laos dan jahe...lalu beri air secukupnya masak sampai empuk dan bumbu meresap
3. Masukan santan kental, kecilkan api agar santan tidak pecah. Masukan cabe, tomat, air asam, belimbing wuluh
4. Masak sebentar, koreksi rasa
5. Dinginkan, bungkus dengan daun pisang (alasi dengan plasti)
5.kukus kurleb 30 menit
6. Garang asem siap disajikan

💐💐💐
Note. Garang asem tidak saya bungkus daun, setelah matang sajikan pakai mangkok.🙏

Demikian bunda...cerita dan resep garang asem. Semoga ada manfaatnya. Terimakasih

#resepmasakan






Saturday, April 18, 2020

Sambal yang Dulu dengan Sekarang

Menulis sesuatu yang pernah dialami biasanya lebih mudah. Nah, mumpung ingat sambal maka saya akan menulis tentangnya.

"Apa sih menariknya sambal?" Banyaaak....

Baiklah saya tidak akan membahas tentang bahan sambal atau resep membuat sambal. Namun, akan membahas perubahan sambal hasil karya tangan kasar ini..hehe. Biasa ngulek sambal, jadinya kasar..

Intinya saya jadi membandingkan sambal buatan saya sendiri dari waktu ke waktu. Menurut pengamatan saya semakin kesini, sambal buatan saya semakin berbeda, terutama tingkat kehalusannya.

Awal Mula Belajar Mengulek Sambal

Semasa kuliah S1 saya kost bersama adik. Pemilik kost adalah pasangan syami istri yang telah berputra tiga. Bapak kost sukunya Palembang, sedangkan ibu kost suku Lampung.

Ibu kost adalah sosok ibu rumah tangga yang luar biasa. Beliau sangat cekatan dalam manajemen keuangan, pekerjaan rumah tangga, dan memasak. 

Setiap pagi anak dan suami harus sarapan nasi lengkap dengan lauk, menu 4 sehat lima sempurna. Nasi selalu baru, meskipun ada magicom tapi tetap memasak nasi dengan cara diaron kemudian dikukus.

Prinsipnya tidak boleh sarapan mie instan atau roti, harus nasi beserta lauk. Supaya tidak sakit maagh, katanya. Memang terbukti anak-anaknya sehat, dan berprestasi semua disekolah. Mungkin pengaruh makanan bergizi yang dikonsumsi setiap harinya.

Beliau tidak punya anak perempuan, maka kadang-kadang minta tolong anak kost untuk membantunya di dapur. Anak kost jaman doeloe masih mau bantu-bantu ibu kost. Entah kalau anak kost jaman sekarang.

Termasuk saya yang pernah dimintai tolong. Waktu itu saya dimintai tolong ngulek cabe, untuk sambal. Nah, dsri ibu kost inilah saya belajar ngulek sambal sampai halus. Tak satu pun ditemukan biji cabe. Benar-benar halus seperti di blender. Luar biasa lho..ngulek cabe bisa sehalus itu.

Kalau dirumah orang tua, ngulek bumbu itu ya semua bahan diulek sekaligus. Maka hasilnya tidak halus, dan memang standarnya tidak harus halus. Hanya pecah-pecah dan sedikit lebih haluslah.

Ini hal baru bagi Saya tentang sambal yang halus begini. Mungkin karena sebelumnya lingkungan tempat tinggal saya orang-orang Jawa. Meskipun kami juga di Sumatera. Jadi terasa asing dengan standar masakan orang Sumatera. Setelah pindah ke kota, baru benar-benar paham seluk beluk masakan ala Sumatera.

Jadi ingat cerita Bu Guru SMA saya,  beliau kebetulan bersuamikan orang Sumatera. Sedangkan beliau bersuku Jawa. Kata beliau perempuan Lampunh harus bisa membuat sambal yang halus. Untung mertua beliau maklum tidak menuntut beliau mengikuti standar keluarga mertua. "Sambele wong jowo ki bisa untuk nambal jarik suwek," kami sekelas tertawa mendengar cerita bu Guru. 
Maksud beliau itu sambalnya orang Jawa itu tidak halus.

Didukung cerita teman satu kost saya yang orang Lampung Utara. Memang perempuan Lampung harus pandai bikin sambal. Bisa dimarah suami kalau makan tidak ada sambal. Sambalnya pun harus halus.

Dasarnya saya senang belajar hal baru. Saya seneng-seneng saja, dapat ilmu menggiling (baca: ngulek) cabe yang halus.

Caranya cabe dipotong², lalu diulek sedikit demi sedikit sampai halus daj tidak ada biji yang utuh. Lakukan semua sampai selesai. Sisihkan cabe yang telah halus dipiring atau mangkok. Lalu haluskan bahan lain, seperti bawang merah, dan bawang putih. Lakukan seperti proses mengulek cabe. Setelah semua bahan diulek halus, baru dijadikan satu. Apakah sudah selesai? Belum! Cek lagi apakah masih ada bahan yang masih kasar. Kalau iya..maka ulek lagi sampai semua halus. Begitu yang saya pelajari jaman dahulu.

Maka tidak heran kalau soal mengulek sambal, saya lebih suka ngulek sendiri meskipun punya asisten. Saya benar-benar menikmati ngulek sambal sampai halus. Termasuk ngulek bumbu untuk bumbu masak apapun.

Karena halus itulah saya pernah dikatai oleh seseorang, katanya saya kalau bikin bumbu masak pakai diblender. Weh..ngenyek tenan batin saya. " Sorry ya..!" 

Beberapa Tahun Kemudian...

Setelah hijrah ke Jawa Tengah, saya menemukan perbedaan yang signifikan. Karena sudah tau ya maklum saja.

Tahun pertama  kuliah saya hampir tidak turun ke dapur. Alhamdulillah punya asisten yang sregep,dan cekatan memasak. Masakannya enak, meskipun ulekan sambalnya tidak sehalus standar saya.

Sayangnya takdir berkata lain. Dia harus pulang kampung karena adik kandung yang biasa menjaga anaknya meninggal. Sehingga tidak bisa bekerja lagi. Sangat kehilangan.

Artikel terkait MasakanResep Nugget Ayam

Beberapa waktu kemudian punya asisten lagi. Masih sama hasil ulekan sambalnya tidak halus. Kebetulan saya sudah tidak ada kuliah teori dikelas, maka punya lebih banyak waktu belajar di rumah. Jiwa memasak saya kambuh. Untuk sambal saya suka mengulek sendiri, lainnya dikerjakan Bude. Kebetulan kamo sangat akrab...jadi biasanya masak bareng. Sambil ngobrol...ngalor ngidul.

Di masa ini saya yang lebih sering masak. Biasanya pagi sebelum pergi bekerja, atau kekampus, saya sempatkan masak dulu. Bude bagian beberes.

***
Sayang sungguh sayang harus kehilangan lagi. Bude harus pulang kampung karena ibunya meninggal dan harus merawat bapaknya. Sediiih...kehilangan teman ngobrol didapur. Uhuks...

Akhirnya tidak cari asisten lagi karena anak-anak sudah besar, kuliah sudah hampir selesai. Hobi ngulek sambal halus makin tersalurkan.
***
Perubahan tingkat kehalusan sambal begitu terasa sejak ada wabah Corona. Setiap hari di rumah, memasak, beberes rumah, dan lain-lain. Meskipun dibantu oleh anak-anak dan suami, namun kelelahan benar-benar saya rasakan. 

Alhasil itu berpengaruh sekali dengan hasil sambal yang saya buat. Saya tidak mampu lagi ngulek cabe sehalus dulu. Dari hari ke hari hasil ulekan saya makin lebar saja kulit cabenya. Biji cabe jangankan halus, kadang pecah pun tidak.

Saya tersenyum... tertawa ding. Mentertawakan diri sendiri. Sekarang saya sudah berubah. Tidak saklek seperti dulu lagi, harus halus. 

Saya bilang ke Paksuami "maaf ya Bi, sambalnya tidak halus, hanya pecah-pecah cabenya." Untunglah suami saya tidak pernah mempermasalahkannya. Saya sendiri yang merasa bersalah.

Hayati lelah Bang...sudah tidak kuat ngulek cabe sehalus dulu ..hiks..hiks..

***
#Tulisanrecehpakebangets

Baca Juga :






Friday, April 17, 2020

Tahu Bunting Renyah...kres...kres..

Hai Bund, selamat malam..
Gimana Bund, kabar semangat masak di rumah?

Saya lihat di media sosial banyak sekali teman yang share berbagai hasil masakan. Jujur saya bahagia, orang yang biasanya tidak suka masak, atau tidak sempat masak. Sekarang jadi rajin masak.

Mungkin sama seperti saya, tidak berani makanan matang. Padahal dulu kalau lagi enggan masak, beli makanan matang. Selain harganya murah, rasanya juga lumayan enak. 

Sekarang mesti mikir berapa kali untuk beli. Selain alasan kesehatan juga pasti boros, dan cinta keluarga. Ketiga alasan itu yang menguatkan diri untuk tetap berusaha menyiapkan makanan tiga kali sehari untuk keluarga.

Masakannya tidak neko-neko, benar-benar masakan rumahan yang biasa bangets. Bahkan yang dulu jaraaaaang sekali saya buat. Sekarang malah bikin. Seperti bakwan, dan tahu bunting alias tahu isi.


Pada saat swa karantina, justru saya tidak membuat jadwal menu masakan. Wah ilmunya enggak digunakan ya? Hehe, bukan begitu.

Sekarang setiap mau masak, pertama tergantung selera anak, dan suami. Tanya dulu,mau dimasakin apa. Kedua, tergantung bahan yang ada di kulkas. 

Bahan makanan yang dibeli pasti tidak jauh-jauh dari menu yang disukai anak dan suami. Jadi, bahan-bahan yang tersedia insyaallah tidak ada yang terbuang percuma. Pasti dimasak,dan dimakan.

Seperti kemarin, saya beli tahu pong (tahu kopong) dua bungkus, masing - masing berisi 10 biji. Total dua puluh biji, atau rong njinah bahasa Jawa-nya.

Jauh sebelum Virus Corona merebak, tahu pong di tumis bersama taoge kedelai, bumbu iris. Namun, kemarin saya olah menjadi tahu isi, alias tahu bunting. 

Pas bangets, di kulkas ada kol, daun bawang, selederi, dan wortel. Tauge kacang hijau habis, tidak apa-apa tanpanya akan baik-baik saja...halaaah...apaan sih😄

Cek tepung terigu alias gandum masih, cek telur, bawang putih, bawang merah, ketumbar, garam, kunyit dan minyak goreng. Alhamdulillah ada semua. 

Terakhir cek kesehatan diri...eehh#
Maksudnya kondisi diri, apakah sedang sehat, tidak sedang capek, dan tidak sedang enggan masak. Karena dibutuhkan tubuh yang prima untuk bisa mengolahnya. 

Jangan dibilang "lebay" dulu ya kalau belum pernah nyoba bikin sendiri. Kelihatannya sepele bikin tahu isi, tapi lihatlah tahapannya berikut ini, dari awal sampai jadi.

Resep Tahu Isi (Bunting)
Bahan :
Tahu Pong dua bungkus
Tepung terigu secukupnya
Air 

Bahan isian :
Kol 
Wortel
Daun bawang
Selederi
Semua dicuci bersih dan diiris 

Bumbu halus:
4 siung bawang putih
4 siung bawang merah
Ketumbar 1 sdm
Garam secukupnya

Cara Membuat

1. Tahu isi dibelah satu sisi saja, untuk memasukan bahan isian.

2. Bumbu halus dibagi dua, satu bagian agak banyak dicampur dengan irisan sayuran, aduk-aduk supaya bumbu merata. Sisa bumbu untuk campuran adonan tepung.

3. Masukan sayuran kedalam tahu pong, satu persatu sampai selesai

4. Siapkan adonan yang terdiri dari tepung, air, bumbu halus. Supaya warnanya menarik, adonan saya tambahkan kunyit yang dihaluskan.

5. Tambahkan satu butir telur kedalam adonan tepung, aduk sampai merata
Tingkat kekentalan adonan tepung tersebut seperti adonan untuk goreng pisang.

6. Panaskan minyak goreng 

7. Tahu yang telah berisi dicelupkan kedalam adonan tepung kemudian goreng dalam minyak panas

8. Setelah warna kuning merata, angkat dan tiriskan.

9. Hasilnya, kres-kres. Sajikan tahu isi bersama cabe rawit, atau saos sambal. 
***
Tuh kan bund...panjang dan laa ... ma prosesnya. Tapi melihat anak dan suami lahap menikmatinya, bahagia rasanya. Bahkan tadi sudah nanyain lagi...kalau begini mah capek pun tidqm dirasakan.

Btw, ada cara lain nih bund..potongan sayuran bisa ditumis lebih dahulu bersama bumbu halus, sebelum dimasukan ke dalam tahu. Proses selanjutnya sama.

Nah .... gimana bund setelah baca resep tersebut. Lumayan rempong kan? 😄

Okelah kalau begitu, saya cukupkan sekian ya bund, mau rehat. Besok pagi mau belanja tahu pong, mau buat tahu isi. Semoga bermanfaat, terimakasih

____






 


Thursday, April 16, 2020

Jurnal Pekan Ke-3





Alhamdulillah, puasa pekan  ke-3 bisa dilalui, meski tertatih. Bahkan sempat pecah dihari ke-2. 
Begitu tidak mudahnya mengelola emosi. 

Dukungan keluarga, sangat diperlukan. Jika suara saya sudah mulai naik, anak-anak dan suami serempak mengucap ''Laa taghdhab walakal jannah,'' yang artinya ''Jangan marah bagimu surga.'' Hadist Riwayat Thabrani.

Kali lain, kami sepakat kalau saya marah denda 1000 rupiah sekali marah. Maka, pada saat mau marah mereka akan berkata ''Seribu ... seribu.'' Biasanya tensi darah dan tonasi suara akan menurun pelan. Bukan karena takut kehilangan sejumlah uang, namun melihat kesungguhan mereka,  membuat saya eling.

Memang sering ora eling ya Mak? hehe...begitulah, semakin berusaha untuk bahagia, semakin kuat godaan dan gangguan. Apalagi musim wabah begini, luar biasaa penatnya. 

Berkat dukungan seluruh anggota keluarga, Alhamdulillah emosi lebih terkontrol. Saya pun menurunkan standar, tidak buru-buru ngepel, jika melihat lantai kotor, begitu juga dengan meja makan yang ada piring dan gelas kotor, misalnya. Biasanya akan ngomel panjang -pendek sambil membersihkannya. 

Sekarang mencoba santuy dibersihkan pelan-pelan, tidak ngoyo, walau jujur itu sangat mempengaruhi mood saya. Maunya semua bersih, dan rapih. Memasang standar terlalu tinggi membuat diri lekas lelah lahir batin, akhirnya susah mengontrol emosi.  

Kala semua anggota keluarga tinggal di rumah saja, senang tentunya, namun efeknya rumah cepat kotor, peralatan makan, dan minum lebih cepat kotor. Harus sering masak, karena tidak berani jajan di luar. Otomatis dapur, juga ruangan lain rapihnya tidak tahan lama. 

Bismillah, menurunkan standar bukan berarti tidak konsisten menjaga kebersihan, dan kerapihan rumah. Ini semata agar Emak bisa bahagia, dan tetap waras lahir dan batin. Juga bisa menjalankan tugas lain, dengan baik.

Terimakasih anak-anakku, dan My Hubby 💗


#Tantangan30hari
#Puasapekanke-3
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional

Wednesday, April 15, 2020

Nugget Ayam dan Pisang Crispy


Nugget Ayam

Sudah lama niat mau praktek bikin nugget, tapi baru terlaksana kemarin (14/04/2020). Kebetulan di kulkas ada stok daging ayam giling setengah kilogram. Cukupanlah untuk belajar pertama kali, tidak usah banyak-banyak, kalau gagal biar tidak mubazir.

Dulu sudah pernah di kasih resep nugget oleh Mba Hatma, tapi lupa disimpan dimana. Waktu itu  Rumah Cinta Boga (Ruciga) IP Solo Raya, pernah mengadakan acara Cooking Class Kreasi Nugget di Palur Plasa. Narasumbernya Mba Hatma Subadra, Founder Abura Foods. Beliau member IP dan Ruciga yang berbakat dan cekatan di bidang Boga. Karena, catatan resepnya hilang, maka harus cari resep lagi nih.

Setelah buka beberapa resep  nugget di cookpad, ketemu resep yang cocok yaitu resep dari Novi Ummu Husna. Resep tersebut saya modifikasi sedikit saja, lainnya sudah pas.

Resep Nugget :

Bahan:

Daging ayam giling 500 gram
Tepung panir 3 sdm
Tepung tapioka 2 sdm
Tepung terigu 2 sdm
Telur 2 butir
Bawang putih 6 siung, dihaluskan
Garam halus 1 sdt
Merica bubuk 1 sdt
Royco 1/2 sdt (optional)

Bahan Celupan:
Terigu 4 sdm
Air dan garam secukupnya
Selain menyuguhkan cara membuat 

Bahan Lapisan :
Tepung Panir secukupnya

--
1. Daging ayam di campur dengan telur, uleni sampai rata. Kalau mau teksturnya halus, bisa             diblender.

2. Masukan merica bubuk, tepung terigu, tapioka, dan panir, bawang putih, dan garam.

3. Aduk sampai rata

4. Siapkan loyang, olesi dengan minyak goreng.

5. Masukan ke dalam loyang adonan daging tersebut

6. Kukus kurang lebih 40 menit. Angkat dan dinginkan

7. Potong-potong nugget dengan ukuran sesuai selera

8. Siapkan bahan Celupan : tepung terigu, air dan garam

9. Celupkan potongan nugget satu persatu, lalu gulingkan kedalam tepung panir, sambil ditekan-tekan agar tepung panir nempel.

10. Nugget buatan sendiri, siap di goreng atau dikemas dalam wadah makanan untuk disimpan di freezer.

==
Catatan :

Adonan bisa juga ditambahkan parutan wortel atau jenis sayuran lainnya.

====

Dandang yang saya gunakan untuk mengukus ukurannya tidak besar,  maka saya gunakan loyang berbentuk lingkaran yang sekiranya muat. Hasilnya seperti dibawah ini.





Sayangnya belum dingin benar sudah saya balik, bagian tengah rusak sedikit karena lengket. Seperti tampak pada  gambar dibawah ini. 



Daging Nugget Sebelum di Potong-Potong
Oh iya, waktu membuat nugget itu saya libatkan anak-anak. Mereka membantu menuang tepung, dan menyiapkan dandang,  sampai mengukus.

Bebikinan makanan memang bertujuan melatih anak, agar memiliki keterampilan. Mudah-mudahan bisa menjadi bekal untuk masa depan mereka. Berharap mereka kreatif membuat makanan sendiri, tidak tergantung pada produk-produk pabrikan. 

Pisang Crispy 


Sambil  menunggu nugget matang, kami membuat pisang crispy dari pisang kepok. Bahan, dan caranya sangat sederhana dan mudah. Hanya perlu pisang, tepung terigu, air, garam, vanili, dan tepung panir.


Pisang Kepok
Pisang Kepok


Caranya juga mudah sekali, kupas pisang, lalu belah jadi dua bagian.  Tepung terigu dicampur dengan garam, air, dan vanili,  aduk rata. Celupkan pisang pada adonan terigu, lalu gulingkan pada tepung panir. Pisang bisa langsung dogoreng atau taruh di wadah makanan (food container), lalu simpan ke dalam freezer.


Pisang Crispy
Pisang Crispy
Saya mengenal pisang crispy dari Mba Hatma juga, dulu sering pesan sama beliau. Sekarang karena masa Social Distancing tidak bisa lagi. Sementara anak lanang, rekues pisang tersebut, maka Saya berusaha membuatnya.

Mas A yang rekues pisang crispy, begitu semangat waktu saya ajak membuatnya. Dia yang mengupas pisang, mencelupkan ke tepung, dan menggulingkan satu per satu ke tepung panir.

Pisang yang sudah terbungkus dengan tepung panir itu, kami simpan di freezer untuk stock, sisa pisang kami goreng.

Apa Perbedaan Pisang Crispy dengan Pisang Goreng?


Pisang crispy menggunakan tambahan tepung panir, bisa disimpan dalam freezer, rasanya lebih gurih, dan enak.

Pisang goreng hanya menggunakan tepung terigu saja, harus langsung digoreng, dan disajikan segera, tidak bisa disimpan.

====
Demikian cerita tentang nugget ayam dan pisang crispy, semoga bermanfaat. Terimakasih

===


Friday, April 10, 2020

Cerita Tantangan Hari Ini

Hari ini menulis artikel di Blog tentang menu masakan rumahan yang berhasil dibuat saat stay di rumah saja. 

Sedangkan artikel yang perlu diedit ada yang belum selesai. 

Mengapa ya sekarang jadi tidak nyaman menulis nonfiksi?

Berbeda pada saat menulis fiksi, begitu lancar, mengalir. Tak terasa ribuan kata berhasil dirangkai.

Apakah ini godaan? Atau temuan baru dari hasil semedi mengenal diri?
Aku berusaha menjalankan keduanya. Tetap menulis fiksi dan nonfiksi.

Bisakah??
Saat ini belum bisa seiring sejalan. Masih berat sebelah. Tapi bisa saja ini belum simpul. Masih terlalu awal untuk menyimpulkannya.

Memilih menikmati proses ini dengan bahagia. Tidak bisa terlalu ketat membatasi hanya pada satu genre saja. Malah mentok alias buntu. 

Selama masih berkaitan dengan dunia kepenulisan, saya ijinkan diri melakukannya. Yang utama komitmen menulis artikel ilmiah dan tulisan nonfiksi lainnya. 

Entahlah kepompong ini akan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu jenis apa. Terus belajar dan ikuti proses. Bersyukur rasa percaya diri menulis sudah mulai meningkat. Ini awal yang baik. Semoga istiqomah.aamiin

#harike18
#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan

Mendidik Anak Ala Keluarga Berbudi

Link