Berbagai sayuran hijau ditata rapi, dirak-rak. Sudah lama sekali aku tidak kesini. Ini pun tak sengaja mampir karena perlu ke rumah sakit, kebetulan dekat dengan supermarket ini.
Showing posts with label Masakan. Show all posts
Showing posts with label Masakan. Show all posts
Saturday, April 25, 2020
Saturday, April 18, 2020
Sambal yang Dulu dengan Sekarang
Menulis sesuatu yang pernah dialami biasanya lebih mudah. Nah, mumpung ingat sambal maka saya akan menulis tentangnya.
"Apa sih menariknya sambal?" Banyaaak....
Baiklah saya tidak akan membahas tentang bahan sambal atau resep membuat sambal. Namun, akan membahas perubahan sambal hasil karya tangan kasar ini..hehe. Biasa ngulek sambal, jadinya kasar..
Intinya saya jadi membandingkan sambal buatan saya sendiri dari waktu ke waktu. Menurut pengamatan saya semakin kesini, sambal buatan saya semakin berbeda, terutama tingkat kehalusannya.
Awal Mula Belajar Mengulek Sambal
Semasa kuliah S1 saya kost bersama adik. Pemilik kost adalah pasangan syami istri yang telah berputra tiga. Bapak kost sukunya Palembang, sedangkan ibu kost suku Lampung.
Ibu kost adalah sosok ibu rumah tangga yang luar biasa. Beliau sangat cekatan dalam manajemen keuangan, pekerjaan rumah tangga, dan memasak.
Setiap pagi anak dan suami harus sarapan nasi lengkap dengan lauk, menu 4 sehat lima sempurna. Nasi selalu baru, meskipun ada magicom tapi tetap memasak nasi dengan cara diaron kemudian dikukus.
Prinsipnya tidak boleh sarapan mie instan atau roti, harus nasi beserta lauk. Supaya tidak sakit maagh, katanya. Memang terbukti anak-anaknya sehat, dan berprestasi semua disekolah. Mungkin pengaruh makanan bergizi yang dikonsumsi setiap harinya.
Beliau tidak punya anak perempuan, maka kadang-kadang minta tolong anak kost untuk membantunya di dapur. Anak kost jaman doeloe masih mau bantu-bantu ibu kost. Entah kalau anak kost jaman sekarang.
Termasuk saya yang pernah dimintai tolong. Waktu itu saya dimintai tolong ngulek cabe, untuk sambal. Nah, dsri ibu kost inilah saya belajar ngulek sambal sampai halus. Tak satu pun ditemukan biji cabe. Benar-benar halus seperti di blender. Luar biasa lho..ngulek cabe bisa sehalus itu.
Kalau dirumah orang tua, ngulek bumbu itu ya semua bahan diulek sekaligus. Maka hasilnya tidak halus, dan memang standarnya tidak harus halus. Hanya pecah-pecah dan sedikit lebih haluslah.
Ini hal baru bagi Saya tentang sambal yang halus begini. Mungkin karena sebelumnya lingkungan tempat tinggal saya orang-orang Jawa. Meskipun kami juga di Sumatera. Jadi terasa asing dengan standar masakan orang Sumatera. Setelah pindah ke kota, baru benar-benar paham seluk beluk masakan ala Sumatera.
Jadi ingat cerita Bu Guru SMA saya, beliau kebetulan bersuamikan orang Sumatera. Sedangkan beliau bersuku Jawa. Kata beliau perempuan Lampunh harus bisa membuat sambal yang halus. Untung mertua beliau maklum tidak menuntut beliau mengikuti standar keluarga mertua. "Sambele wong jowo ki bisa untuk nambal jarik suwek," kami sekelas tertawa mendengar cerita bu Guru.
Maksud beliau itu sambalnya orang Jawa itu tidak halus.
Didukung cerita teman satu kost saya yang orang Lampung Utara. Memang perempuan Lampung harus pandai bikin sambal. Bisa dimarah suami kalau makan tidak ada sambal. Sambalnya pun harus halus.
Dasarnya saya senang belajar hal baru. Saya seneng-seneng saja, dapat ilmu menggiling (baca: ngulek) cabe yang halus.
Caranya cabe dipotong², lalu diulek sedikit demi sedikit sampai halus daj tidak ada biji yang utuh. Lakukan semua sampai selesai. Sisihkan cabe yang telah halus dipiring atau mangkok. Lalu haluskan bahan lain, seperti bawang merah, dan bawang putih. Lakukan seperti proses mengulek cabe. Setelah semua bahan diulek halus, baru dijadikan satu. Apakah sudah selesai? Belum! Cek lagi apakah masih ada bahan yang masih kasar. Kalau iya..maka ulek lagi sampai semua halus. Begitu yang saya pelajari jaman dahulu.
Maka tidak heran kalau soal mengulek sambal, saya lebih suka ngulek sendiri meskipun punya asisten. Saya benar-benar menikmati ngulek sambal sampai halus. Termasuk ngulek bumbu untuk bumbu masak apapun.
Karena halus itulah saya pernah dikatai oleh seseorang, katanya saya kalau bikin bumbu masak pakai diblender. Weh..ngenyek tenan batin saya. " Sorry ya..!"
Beberapa Tahun Kemudian...
Setelah hijrah ke Jawa Tengah, saya menemukan perbedaan yang signifikan. Karena sudah tau ya maklum saja.
Tahun pertama kuliah saya hampir tidak turun ke dapur. Alhamdulillah punya asisten yang sregep,dan cekatan memasak. Masakannya enak, meskipun ulekan sambalnya tidak sehalus standar saya.
Sayangnya takdir berkata lain. Dia harus pulang kampung karena adik kandung yang biasa menjaga anaknya meninggal. Sehingga tidak bisa bekerja lagi. Sangat kehilangan.
Beberapa waktu kemudian punya asisten lagi. Masih sama hasil ulekan sambalnya tidak halus. Kebetulan saya sudah tidak ada kuliah teori dikelas, maka punya lebih banyak waktu belajar di rumah. Jiwa memasak saya kambuh. Untuk sambal saya suka mengulek sendiri, lainnya dikerjakan Bude. Kebetulan kamo sangat akrab...jadi biasanya masak bareng. Sambil ngobrol...ngalor ngidul.
Di masa ini saya yang lebih sering masak. Biasanya pagi sebelum pergi bekerja, atau kekampus, saya sempatkan masak dulu. Bude bagian beberes.
***
Sayang sungguh sayang harus kehilangan lagi. Bude harus pulang kampung karena ibunya meninggal dan harus merawat bapaknya. Sediiih...kehilangan teman ngobrol didapur. Uhuks...
Akhirnya tidak cari asisten lagi karena anak-anak sudah besar, kuliah sudah hampir selesai. Hobi ngulek sambal halus makin tersalurkan.
***
Perubahan tingkat kehalusan sambal begitu terasa sejak ada wabah Corona. Setiap hari di rumah, memasak, beberes rumah, dan lain-lain. Meskipun dibantu oleh anak-anak dan suami, namun kelelahan benar-benar saya rasakan.
Alhasil itu berpengaruh sekali dengan hasil sambal yang saya buat. Saya tidak mampu lagi ngulek cabe sehalus dulu. Dari hari ke hari hasil ulekan saya makin lebar saja kulit cabenya. Biji cabe jangankan halus, kadang pecah pun tidak.
Saya tersenyum... tertawa ding. Mentertawakan diri sendiri. Sekarang saya sudah berubah. Tidak saklek seperti dulu lagi, harus halus.
Saya bilang ke Paksuami "maaf ya Bi, sambalnya tidak halus, hanya pecah-pecah cabenya." Untunglah suami saya tidak pernah mempermasalahkannya. Saya sendiri yang merasa bersalah.
Saya bilang ke Paksuami "maaf ya Bi, sambalnya tidak halus, hanya pecah-pecah cabenya." Untunglah suami saya tidak pernah mempermasalahkannya. Saya sendiri yang merasa bersalah.
Hayati lelah Bang...sudah tidak kuat ngulek cabe sehalus dulu ..hiks..hiks..
***
#Tulisanrecehpakebangets
Baca Juga :
Wednesday, April 15, 2020
Nugget Ayam dan Pisang Crispy
Nugget Ayam
Sudah lama niat mau praktek bikin nugget, tapi baru terlaksana kemarin (14/04/2020). Kebetulan di kulkas ada stok daging ayam giling setengah kilogram. Cukupanlah untuk belajar pertama kali, tidak usah banyak-banyak, kalau gagal biar tidak mubazir.
Dulu sudah pernah di kasih resep nugget oleh Mba Hatma, tapi lupa disimpan dimana. Waktu itu Rumah Cinta Boga (Ruciga) IP Solo Raya, pernah mengadakan acara Cooking Class Kreasi Nugget di Palur Plasa. Narasumbernya Mba Hatma Subadra, Founder Abura Foods. Beliau member IP dan Ruciga yang berbakat dan cekatan di bidang Boga. Karena, catatan resepnya hilang, maka harus cari resep lagi nih.
Setelah buka beberapa resep nugget di cookpad, ketemu resep yang cocok yaitu resep dari Novi Ummu Husna. Resep tersebut saya modifikasi sedikit saja, lainnya sudah pas.
Resep Nugget :
Bahan:
Daging ayam giling 500 gram
Tepung panir 3 sdm
Tepung tapioka 2 sdm
Tepung terigu 2 sdm
Telur 2 butir
Bawang putih 6 siung, dihaluskan
Garam halus 1 sdt
Merica bubuk 1 sdt
Royco 1/2 sdt (optional)
Bahan Celupan:
Terigu 4 sdm
Air dan garam secukupnya
Dulu sudah pernah di kasih resep nugget oleh Mba Hatma, tapi lupa disimpan dimana. Waktu itu Rumah Cinta Boga (Ruciga) IP Solo Raya, pernah mengadakan acara Cooking Class Kreasi Nugget di Palur Plasa. Narasumbernya Mba Hatma Subadra, Founder Abura Foods. Beliau member IP dan Ruciga yang berbakat dan cekatan di bidang Boga. Karena, catatan resepnya hilang, maka harus cari resep lagi nih.
Setelah buka beberapa resep nugget di cookpad, ketemu resep yang cocok yaitu resep dari Novi Ummu Husna. Resep tersebut saya modifikasi sedikit saja, lainnya sudah pas.
Resep Nugget :
Bahan:
Daging ayam giling 500 gram
Tepung panir 3 sdm
Tepung tapioka 2 sdm
Tepung terigu 2 sdm
Telur 2 butir
Bawang putih 6 siung, dihaluskan
Garam halus 1 sdt
Merica bubuk 1 sdt
Royco 1/2 sdt (optional)
Bahan Celupan:
Terigu 4 sdm
Air dan garam secukupnya
Selain menyuguhkan cara membuat
Bahan Lapisan :
Tepung Panir secukupnya
--
1. Daging ayam di campur dengan telur, uleni sampai rata. Kalau mau teksturnya halus, bisa diblender.
2. Masukan merica bubuk, tepung terigu, tapioka, dan panir, bawang putih, dan garam.
3. Aduk sampai rata
4. Siapkan loyang, olesi dengan minyak goreng.
5. Masukan ke dalam loyang adonan daging tersebut
6. Kukus kurang lebih 40 menit. Angkat dan dinginkan
7. Potong-potong nugget dengan ukuran sesuai selera
8. Siapkan bahan Celupan : tepung terigu, air dan garam
9. Celupkan potongan nugget satu persatu, lalu gulingkan kedalam tepung panir, sambil ditekan-tekan agar tepung panir nempel.
10. Nugget buatan sendiri, siap di goreng atau dikemas dalam wadah makanan untuk disimpan di freezer.
==
Catatan :
Adonan bisa juga ditambahkan parutan wortel atau jenis sayuran lainnya.
====
Dandang yang saya gunakan untuk mengukus ukurannya tidak besar, maka saya gunakan loyang berbentuk lingkaran yang sekiranya muat. Hasilnya seperti dibawah ini.
Sayangnya belum dingin benar sudah saya balik, bagian tengah rusak sedikit karena lengket. Seperti tampak pada gambar dibawah ini.
![]() |
Daging Nugget Sebelum di Potong-Potong |
Oh iya, waktu membuat nugget itu saya libatkan anak-anak. Mereka membantu menuang tepung, dan menyiapkan dandang, sampai mengukus.
Bebikinan makanan memang bertujuan melatih anak, agar memiliki keterampilan. Mudah-mudahan bisa menjadi bekal untuk masa depan mereka. Berharap mereka kreatif membuat makanan sendiri, tidak tergantung pada produk-produk pabrikan.
Sambil menunggu nugget matang, kami membuat pisang crispy dari pisang kepok. Bahan, dan caranya sangat sederhana dan mudah. Hanya perlu pisang, tepung terigu, air, garam, vanili, dan tepung panir.
Bebikinan makanan memang bertujuan melatih anak, agar memiliki keterampilan. Mudah-mudahan bisa menjadi bekal untuk masa depan mereka. Berharap mereka kreatif membuat makanan sendiri, tidak tergantung pada produk-produk pabrikan.
Pisang Crispy
Sambil menunggu nugget matang, kami membuat pisang crispy dari pisang kepok. Bahan, dan caranya sangat sederhana dan mudah. Hanya perlu pisang, tepung terigu, air, garam, vanili, dan tepung panir.
![]() |
Pisang Kepok |
![]() |
Pisang Crispy |
Mas A yang rekues pisang crispy, begitu semangat waktu saya ajak membuatnya. Dia yang mengupas pisang, mencelupkan ke tepung, dan menggulingkan satu per satu ke tepung panir.
Pisang yang sudah terbungkus dengan tepung panir itu, kami simpan di freezer untuk stock, sisa pisang kami goreng.
Apa Perbedaan Pisang Crispy dengan Pisang Goreng?
Pisang crispy menggunakan tambahan tepung panir, bisa disimpan dalam freezer, rasanya lebih gurih, dan enak.
Pisang goreng hanya menggunakan tepung terigu saja, harus langsung digoreng, dan disajikan segera, tidak bisa disimpan.
====
Demikian cerita tentang nugget ayam dan pisang crispy, semoga bermanfaat. Terimakasih
===
Friday, April 10, 2020
16 Menu Masakan Rumahan Saat Karantina Mandiri
Hai Bunda, masak apa hari ini?
Adakah yang sudah mulai bosan dengan aktifitas di dapur?
Sebenarnya saya sudah merasa kurang bersemangat memasak. Selain capek juga kekurangan ide mau masak menu apa. Menu yang sekiranya tidak akan ditolak oleh anak dan suami.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Telur Asin Bumbu Bismillah ... Alhmadulillah hari ini panen telur asin, setelah 14 hari proses membuatnya. Tujuan membuat telur asin ini un...
-
Day 2 -- Sebelum menulis artikel ilmiah biasanya melakukan mapping artikel-artikel yang akan menjadi dasar untuk membuat model penelit...
-
Refleksi Belajar Alhamdulillah sampai dipekan ke-7, kelas ulat-ulat, semoga terus semangat menunaikan setiap tugas, aamiin. ...