Monday, April 27, 2020

Aliran Rasa Kelas Kepompong


Bismillah..Alhamdulillah

Saya bersyukur atas apapun yang saya capai selama berlatih di kelas kepompong. Saya menghargai setiap upaya yang saya lakukan untuk konsisten berlatih menulis, juga berpuasa manajemen gadget dan emosi.



Saya tidak konsisten menulis tantangan berlatih menulis setiap hari. Meskipun saya setiap hari berlatih keterampilan menulis. Tiada hari tanpa menulis, namun tidak melaporkan hasil berlatih tersebut.

Entah hanya sanmpai hari keberapa saya melaporkan tulisan itu. Sepertinya hanya sampai hari ke-14 kalau tidak salah. Selanjutnya tidak setor lagi sampai hari terakhir. Hanya jurnal mingguan yang rutin saya setorkan, genap empat jurnal.
***

Mumpung sesi aliran rasa, baiknya saya ungkapkan disini saja ya? Ada rasa bersalah karena latihan menulis yang saya lakukan tidak sesuai target. Mungkin bisa dikatakan melenceng, dari mind map yang saya buat pada tahapan sebelumnya. Di mind map saya tuliskan target menulis buku ajar, buku referensi, dan artikel. Pada awalnya masih konsisten menulis artikel blog terkait keilmuan manajemen pemasaran, dan penelitian. Namun, seiring waktu berjalan, saya turunkan standar dengan menulis tentang masakan dan tema kegiatan keseharian.

Pada awal bulan April 2020, saya tertarik untuk menulis novel di suatu aplikasi. Luar biasa, di aplikasi tersebut saya berani menulis fiksi, hal yang sebelumnya sulit saya lakukan. Bahkan boleh dikata sejak SD ingin menulis fiksi. Meskipun tulisan saya sangat buruk, belum memenuhi kaidah penulisan yang benar, seperti PUEBI, EYD, alur cerita dll. Dari situlah saya mulai belajar serius, mengenai dialog tag, dll. Semangat menulis fiksi saya diuji, ketika aplikasi tersebut membuat peraturan baru, yang membuat banyak penulis disana kecewa dan pindah aplikasi lain.

Saya mencoba aplikasi lain, namun anehnya hanya siap jadi pembaca bukan penulis. Maka, sampai detik ini saya masih tetap menulis fiksi di aplikasi pertama. Memang kadang ada keinginan berhenti menulis dipalikasi itu, dan pindah ke aplikasi lain. Atau tidak menulis fiksi sama sekali. Lagi-lagi masih ada rasa sayang, eman-eman kalau tidak diteruskan.

Akhirnya saya berusaha menikmati proses berlatih menulis fiksi diaplikasi tersebut, tanpa tapi. Pokoe menulis dan menulis. Sekarang sudah sampai 10 part atau episode, sekitar 18.000 kata. Yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa saya hanya bisa menulis di aplikasi itu saja? Padahal teman-teman baru saya banyak yang sudah hengkang, dan pindah ke aplikasi lain.

Selidik punya selidik, ternyata karena disana tidak ada yang mengenal saya. Rupanya saya merasa nyaman berada di tempat yang tidak ada yang mengenal saya sama sekali. Sementara di tempat lain, saya tahu ada beberapa teman yang kenal saya. Mungkin itu yang membuat ide menulis tidak keluar. Anah ya...? Tidak apa-apa, saya bisa menerima hal ini. Alhamdulillah satu lagi yang saya kenal dari diri saya sendiri. Nyaman di tempat baru yang tidak ada kenalan sama sekali.  Ini ternyata tidak hanya berlaku pada soal menulis saja, tetapi pada pilihan studi juga, saya merasa nyaman kuliah di Surakarta, karena tak satupun awalnya yang kenal saya. Oooh..ternyata saya begitu tho orangnya. hehe

Jadi bagaimana dengan sikap saya melanggar mind map? saya berusaha memaklumi diri sendiri, yang penting masih sejalan, masih sama-sama menulis. Asala jangan keasyikan sehingga lupa pada kewajiban menulis buku ajar. Saya memang menganggap menulis fiksi sebagai hiburan, namun karena kesibukan kegiatan domestik, maka belum bisa bagi waktu untuk menulis buku tersebut.  Kondisi fisik yang lelah, membuat saya kurang semangat mengkaji teori-teori yang serius dan membutuhkan telaah. Saat ini untuk menjaga semangat menulis itu saya ringankan target dengan menulis sesuatu yang mampu saya tulis.

Menjadi konsisten memegang komitmen itu beraaat ya? emtahlah apakah saya layak jadi kupu-kupu?
Yang pasti saya siap menlanjutkan belajar di kelas Bunda Cekatan pada tahap selanjutnya. Bismillah...
  
#aliranrasatahapkepompong
#buncek1
#institutibuprofesional

No comments:

Post a Comment

Mendidik Anak Ala Keluarga Berbudi

Link