![]() |
Telur Asin Bumbu |
Alhmadulillah hari ini panen telur asin, setelah 14 hari proses membuatnya.
Tujuan membuat telur asin ini untuk melatih anak belajar berkreasi dari bahan yang tersedia di rumah dan lingkungan sekitar. Kebetulan pulang dari nengok orang tua di desa Braja Luhur, Lampung Timur, disana ada tetangga yang beternak bebek dan sedang musim bertelur. Jadilah saya beli dan malah ditambahi sama kakak ipar, total telur yang kami bawa 40 butir. Telur sebanyak itu rasanya sayang kalau cuma diolah dengan cara direbus dan digoreng saja. Maka, saya buat jadi telur asin. Sebenarnya bisa juga dibuat kue tapi sedang tidak memungkinkan. membuat telur asin jadi pilihan karena mudah, murah dan praktis.
Sengaja anak-anak saya libatkan untuk membuat telur asin ini, karena saya ingin memberikan pengalaman belajar dengan praktek langsung. Harapan saya anak-anak akan tumbuh menjadi anak kreatif yang siap memanfaatkan bahan-bahan yang ada menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Pengalaman dan ilmu tersebut semoga bisa menjadi bekal mereka menapaki masa depan, agar menjadi pribadi yang kreatif, mandiri dan berdaya.
Ada telur banyak saya buat telur asin, ada pisang dibuat pisang krispy, ada daging saya olah jadi rendang, dan lain-lain. Anak-anak selalu saya libatkan dalam setiap pembuatannya, meskipun saya lihat kadang mereka tidak selalu suka, namun saya yakin kelak akan sangat berguna bagi bekal masa depan mereka. Tidak harus jadi pengusaha telur asin, atau juragan pisang krispy namun mereka bisa berkreasi sesuai minat dan bakat mereka. Saya hanya mengajarkan dan melatih prosesnya saja.
Ilmu marketingnya yang belum saya ajarkan ke anak-anak, baru sebatas membuat produk. Ilmu marketing sangat penting dikuasai oleh siapapun, karena elemen itulah yang menghasilkan, dan memberikan pemasukan. Anak-anak seyogyanya tidak hanya pandai membuat produk tetapi juga paham cara memasarkan dan menjualnya. Ini tantangan kedepan bagi saya yang berusaha menjadi teman belajar bagi anak-anak.
Masa pandemi ini anak-anak saya libatkan pada hampir semua pekerjaan rumah. memasak, mengepel, menjemur baju, menyetrika, merapikan tempat tidur, membuat taman, menanam bunga, dan lain-lain. Awalnya sempat pakai jasa laundry untuk cuci baju, namun sekarang memilih mencuci sendiri, sekalian melatih anak-anak mandiri.
Melibatkan anak-anak agar mau turut berperan ambil bagian dalam pekerjaan rumah tidaklah mudah. Apalagi sebelumnya kami sering pakai jasa asisten rumah tangga. Namun tetap berusaha, pelan-pelan mereka jadi terbiasa. kadang tanpa diminta sudah mengajukan diri, ambil peran menyapu dan mengepel lantai. Juga memasak lauk sederhana, goreng telur, nugget atau sosis, sudah bisa melakukan sendiri.
Dapur sengaja didesain yang ramah anak, seperti meja kompor tidak terlalu tinggi, kran air juga demikian. Bahan dan alat masak mudah ditemukan, digunakan, dan dibersihkan, sehingga mereka merasa enjoy melakukannya.
Mengapa sih repot-repot mendidik mereka mahir dalam pekerjaan rumah tangga? bagi kami itu ilmu yang sangat penting yang harus dikuasai oleh anak-anak. Seberapapun tinggi pendidikan, seberapapun banyak kekayaan, tetap harus menguasai ilmu itu. Meskipun banyak uang, mampu membayar orang lain. Karena tidak selalu keadaan mendukung , misalnya ketika pengasuh anak tiba-tiba keluar dari pekerjaannya, padahal sedang butuh bangets. Ada kalanya tidak cocok dengan pekerja, karena mencari pekerja yang cocok itu susah. itu kalau mereka sudah berumah tangga, pada saat merantau kuliah, juga mereka harus mandiri. Intinya tidak tergantung orang lain, kalau ada asisten ya alhamdulillah, kalautidak ada pun tetap santai karena bisa mengerjakannya sendiri.
Weleh-weleh, sebenarnya emak ini mau nulis tentang apa sih kok kemana-mana ceritanya? hehe...ini pemanasan karena sudah lama rehat ngeblog, dimaklumi ya ..