Alhamdulillah kelas bunda cekatan hampir purna, sekarang sudah masuk pekan ke-8, pekan terakhir dikelas ulat-ulat. Seperti biasa setiap pekan mendapat tugas yang beda, dan tak terduga.
Tugas Pekan 8 Mencari Buddy
Tugas pekan ke-8 yaitu mencari Buddy. Buddy adalah orang yang dekat dengan kita dan akan menjadi teman seiring sejalan dalam suka dan duka, teman seperjuangan dalam menghadapi tantangan. Buddy inilah yang akan menjadi teman berjuang dikelas berikutnya yaitu kelas kepompong selama 30 hari.
Mengapa harus ada Buddy dikelas kepompong? Karena masuk dikelas kepompong itu tantangan yang harus dihadapi semakin berat. Kelas kepompong bisa diibaratkan bulan puasa, yang berlangsung selama 30 hari.
Sebagaimana orang yang akan berpuasa tidak hanya memikirkan makanan untuk diri sendiri, namun harus mempersiapkan kebutuhan makanan untuk dibagi kepada orang lain. Dalam hal ini adalah makanan untuk buddy, maka kita harus terlebih dahulu menyiapkan bekal untuk buddy, setelahnya baru mencukupi kebutuhan diri sendiri.
Supaya makanan yang disiapkan tidak sia-sia, maka harus benar-benar diketahui kebutuhan buddy kita. Untuk itu perlu ngedate dulu, ngobrol dulu, dari situ kita akan tahu apa yang buddy butuhkan.
Cara Mencari dan Menemukan Buddy
Cara menemukan Buddy bisa
dilakukan dengan melamar atau dilamar. Hari pertama setelah menyimak dongeng dari Bu Septi mulailah saya berpikir untuk mencari Buddy. Kebetulan belum ada
yang datang melamar maka saya berinisiatif untuk mencari dan mengajukan lamaran.
Melamar itu tidak mudah, butuh keberanian, harus siap diterima dan ditolak.
Setelah berhasil mengalahkan rasa takut dan mengubahnya menjadi keberanian,
maka saya siap mengajukan lamaran kepada seseorang yang berada nun jauh disana.
Bismillah lamaran menggunakan
media whatshap dikirimkan pagi pukul 6:04 Wib. Sengaja pagi-pagi saya kirimkan,
supaya hari ini segera dapat jawaban, juga takut keduluan yang lain. Hehe, seperti
mau melamar gadis saja ya. Pesan itu sempat saya hapus, karena takut ditolak namun, saya kirimkan kembali beberapa waktu kemudian.
Tak lama setelah saya mengirimkan lamaran, ada
pesan masuk dari seseorang yang lain, menanyakan apakah saya sudah punya Buddy.
Saya jawab belum, karena memang belum punya, dan lamaran yang diajukan belum dijawab. Namun setelah dijawab tidak ada kelanjutannya, maka saya berusaha untuk tidak GR, mungkin bukan mau melamar melainkan hanya sekedar bertanya.
Fokus pada lamaran yang saya ajukan ''Deg-degan diterima apa tidak ini ya?,'' gumam saya dalam hati, menunggu jawaban. Sekitar pukul 8.42 wib lamaran saya
di respon, Alhamdulillah bahagia rasanya, lamaran saya diterima. Terimakasih Mba Mia, telah bersedia menjadi My Buddy 😍
Siapakah My Buddy?
My Buddy adalah member Institute
Ibu Profesional (IP) Regional Medan, Mba Nurhilmiyah, atau biasa disapa Mba
Mia. Beliau merupakan dosen ASN Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Mba Mia ini rajin menulis, sudah banyak karya yang dihasilkan baik buku, artikel ilmiah, juga artikel Blog (Blogger),
wah kereen sekali ya. Makanya senang dan bersyukur bangets punya Buddy yang memiliki minat
yang sama dibidang kepenulisan. Kebetulan profesi kami sama, dan belajar
dikelas yang sama juga yaitu kelas Website, Blog dan SEO (WeBS). Kesamaan lainnya, sama-sama berasal dari Pulau Sumatera, hanya beda provinsi.
Ngedate dengan My Buddy
Setelah menemukan Buddy, kini saatnya
ngedate, ngobrol bareng, dan saling
mengalirkan rasa. Dari obrolan itu kami jadi tahu ilmu apa saja yang telah didapatkan dari awal
sampai sekarang di kelas bunda cekatan. Apa yang dirasakan, berbagi peta belajar, progress apa yang
sudah dicapai, dan apa lagi yang perlu ditingkatkan. Itu antara lain hal-hal utama yang kami bahas, dan banyak hal lainnya yang membuat kami semakin mengenal, dan
akrab . Tujuannya untuk membangun chemistry,
dan mengetahui kebutuhan masing-masing, sehingga bisa membantu menyiapkan
bekal yang cukup bagi Buddy melanjutkan ke kelas
kepompong.
Kebutuhan My Buddy
Dari obrolan santai tapi serius,
akhirnya diketahui apa saja bekal yang dibutuhkan oleh My Buddy. Beliau yang
sedang mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi S3, sangat membutuhkan informasi
mengenai beasiswa, trik dan tips cepat lulus, bagaimana cara membagi waktu
antara studi dan keluarga, juga saran-saran berdasarkan pengalaman yang saya
lalui selama menempuh studi.
Trik Lulus Beasiswa
Sebenarnya tidak ada trik khusus bisa lolos beasiswa, waktu itu (2014) nama programnya adalah BPPDN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri). Intinya penuhi semua persyaratan yang diminta, tidak boleh ada satupun yang terlewat. Meskipun program beasiswa sekarang sudah berbeda nama, dan persyaratan,namun ada beberapa persyaratan yang masih sama. Baiklah selanjutnya saya akan bercerita saja, hal-hal yang sudah dilakukan pada saat berjuang meraih beasiswa.
Berkas Pengajuan Beasiswa BPPDN:
- Memiliki NIDN
- Batas Usia Pemohon 45 tahun untuk S2 dan 45 tahun untuk S3
- Mengisi formulir BPPDN yang diunduh di situs kampus tempat studi atau kopertis masing-masing wilayah.
- Ijazah dan transkrip nilai S1, dan S2, untuk studi S3
- Surat perjanjian antara Dosen dengan perguruan tinggi asal
- Fotocopy KTP
- Bukti registrasi Online BPPDN
- Surat pernyataan Status bukan Pegawai Negeri Sipil bagi dosen tetap Yayasan
- Melampirkan Surat Keterangan Sudah di Terima di Universitas yang dituju
Persyaratan nomer 9 tidak semua universitas atau kopertis sekarang LLDIKTI mengharuskan, Kebetulan di universitas yang saya tuju, harus melampirkan surat keterangan telah lulus atau diterima di universitas tersebut. Hal itu dimaksudkan supaya beasiswa yang diajukan tidak sia-sia, (jika lolos) karena lolos beasiswa belum tentu lulus tes masuk universitas yang dituju. Dengan melampirkan surat keterangan lulus universitas, maka beasiswa yang diajukan bisa bermanfaat.
Setelah semua persyaratan terpenuhi, disusun dengan rapi, diberi kata pengantar, daftar isi dan dijilid rapi, dan tempelkan stiker pembatas buku pada masing-masing berkas, kemudian diserahkan ke Gedung Pascasarjana, bagian administrasi waktu itu Mba Nita yang bertanggung jawab mengurusi beasiswa Pascasarjana.
Mungkin ini hanya hal kecil yang kami lakukan atas saran seorang teman yang baik hati dan sama-sama mengajukan beasiswa. Berkas yang sudah lengkap itu selain disusun, dan dijilid rapi, diberi daftar isi, juga ditempel stiker pembatas buku warna - warni disamping lembar berkas dan diberi judul, Misalnya FC KTP. Ini tidak wajib hanya ingin memudahkan dan meringankan tugas tenaga administrasi ketika memeriksa berkas tersebut. Karena yang berkas yang diperiksa jumlahnya sangat banyak, dari berbagai prodi. Tidak ada salahnya membantu meringankan dengan cara sederhana. Jadi Mba admin, tidak perlu mencari-cari, tapi langsung membuka bagian yang dituju, dengan melihat kertas pembatas itu.
![]() |
Sumber Pict. Google |
Alhamdulillah waktu itu teman-teman satu angkatan sebanyak 14 orang dari 16,(2 tidak mengajukan) kompak dan saling berbagi informasi, saling menyemangati, bahkan waktu menyerahkan berkas, diusahakan bisa bareng. Kebersamaan dan kekompakan ini sangat penting, agar semua teman yang mengajukan beasiswa, mendapatan informasi yang sama dan benar. Tak lupa, sebelum berkas diserahkan, dicek terlebih dahulu bersama-sama, memastikan tidak ada yang terlupa.
Berkas telah diserahkan, tinggal menunggu kabar selanjutnya, dengan harapan bisa lolos semua. Masa menunggu pengumuman beasiswa, merupakan masa yang sangat mendebarkan, meskipun mencoba tenang, tidak bisa dipungkiri ada kecemasan yang sangat. Berusaha pasrah kepada Sang Pemberi Rezeki, sembari terus melantunkan harap, semoga Allah mengabulkan doa-doa kami. Alhamdulillah saat diumumkan, kami semua lolos menjadi penerima BPPDN 2014. Sujud syukur.
Membagi Waktu, Studi dan Keluarga
Sebagai
seorang ibu yang memiliki tiga anak, masih kecil-kecil, sekaligus mahasiswa yang tinggal diperantauan
sangat tidak mudah membagi waktu dan perhatian antara keluarga dan studi. Hanya bisa berusaha seadil mungkin membagi waktu, agar anak-anak tidak merasa diabaikan, kurang kasih sayang dan perhatian dari Ibunya. Apalagi Paksuami belum bisa ikut pindah, hanya sebulan sekali mengunjungi kami. Beruntung hidup di zaman teknologi, meskipun terpisah jarak, komunikasi tetap bisa dilakukan dengan lancar.
Studi ini sangat penting bagi hidup saya, cita-cita sejak kecil ingin sekolah setinggi-tingginya. Namun tugas utama sebagai ibu tak kalah penting, maka keduanya harus dipeluk mesra, mendapatkan porsi perhatian yang sama. Selalu diingat, bahwa saya adalah seorang ibu yang nyambi jadi mahasiswa, bukan mahasiswa yang nyambi momong anak. Jadi anak-anak dan keluarga tetap yang utama, tanpa mengabaikan tugas sebagai mahasiswa. Keduanya harus saling melengkapi, seiring sejalan tanpa ada yang dikorbankan.
Anak pertama dan kedua sudah memiliki jadwal kegiatan sendiri, yaitu pergi ke sekolah fullday. Anak pertama masuk sekolah dasar (SD), dan anak kedua masuk Taman Kanak-kanak (TK). Sekolah mereka berada dilokasi yang sama, satu yayasan. Tidak hanya TK, dan SD saja, terdapat Tempat Penitipan Anak (TPA), SMP, dan SMA. Untuk memudahkan antar jemput anak-anak, sengaja mencari sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggal, dan kampus tempat saya belajar.
Anak ketiga belum sekolah, masih dirumah bersama Bude asisten kami. Alhamdulillah memiliki asisten yang cekatan mengasuh anak, masak, beberes, dan cuci-setrika. Maka tidak ragu saya mempercayakan sebagian tugas kepada bude Termasuk belanja kebutuhan sehari-hari. Untuk mengasuh si kecil, saya berusaha tidak menyerahkan sepenuhnya, jika tidak ada jadwal kuliah, atau urusan penting, saya memilih untuk mengerjakan tugas dirumah, agar tetap bisa membersamai si kecil.
Inilah jadwal harian saya pada tahun pertama:
Senin dan Selasa
Pukul 7 wib antar anak-anak
sekolah
Pukul 8 wib Berangkat kekampus
Pukul 15 wib pulang dari kampus
sekalian jemput anak-anak sekolah
Pukul 16 wib sampai rumah
istirahat sambail menyusui dan bermain dengan si kecil
Rabu – Ahad
Tugas rutin mengantar dan menjemput anak kesekolah, mengerjakan tugas, bermain dan menyusui sikecil. Sesekali ajak main anak-anak ke mall atau ke taman bermain. Waktu itu saya belum banyak tahu tempat bermain di Surakarta, paling kalau Paksuami berkunjung ke Solo, kami diajak pergi, keluar, makan bersama. Sangat terbatas waktu, dan tempat.
Belajar dan mengerjakan tugas saya lakukan setelah anak-anak pergi ke sekolah, dan malam setelah anak tidur. Banyaknya tugas yang harus dikerjakan, membuat saya tidak bisa tidur secara teratur. Bahkan tidak punya waktu untuk tidur. Saya bisa tidur itu bila ketiduran didepan laptop, atau setelah menyusui sikecil.
Ketiduran itu memang nikmat, namun ada rasa menyesal, dan merasa bersalah. Menyesal karena merasa sayang waktunya, seharusnya bisa mengerjakan tugas. Aneh ya, tetapi begitulah rasanya saat itu. Padahal tidurpun tidak bisa nyenyak, terus kepikiran sama tugas, malah sering mimpi mengerjakan tugas.
Teh dan kopi menjadi teman sehari-hari supaya kuat melek dan mikir. Kurang tidur, dan istirahat, sering minum kopi, dan teh, sangat tidak baik untuk kesehatan. Tapi apa boleh buat pada saat itu harus dilakukan. Tak heran jika kekampus badan lesu, wajah kuyu, mata ngantuk, kantung mata semakin kelihatan. Tidak hanya saya sendiri yang begitu, kami sekelas memiliki cerita yang sama. Makanya kalau ada yang ketiduran dikelas, bisa jadi hiburan bagi teman lain, difoto, direkam video kemudian diupload di WAG kelas. Tidak ada yang marah, malah dianggap hiburan, ooh indahnya masa-masa itu.
Tahun kedua, sudah tidak ada kuliah, mulai bimbingan dan penelitian. Saya bisa lebih banyak waktu dirumah membersamai sikecil dan belajar. Sayangnya bude tidak bisa bekerja lagi, karena sejak adiknya meninggal bude harus menemani anaknya yang biasanya tinggal bersama adiknya. Sedih dan kehilangan, namun tidak bisa apa-apa. Yakin pertolongan Allah pasti ada. dengan berat hati si kecil saya titipkan ke TPA, kebetulan dia sendiri yang mau, karena ingin seperti kedua kakaknya pergi sekolah.
Tahun-tahun selanjutnya ritme aktifitas saya semakin padat, tidak hanya penelitian, dan bimbingan saja. Saya mulai nyambi mengajar di salah satu kampus swasta di Yogyakarta. Juga ikut magang mengerjakan proyek pemerintah bersama teman. Pernah juga diminta menjadi narasumber pelatihan untuk pegawai Bank. Semua itu merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya.
Kesibukan semakin padat pada saat mendapatkan hibah disertasi. Juga mulai aktif dikomunitas, sebagai PJ Rumah belajar Boga. Semua dijalani dengan bahagia. Alhamdulillahnya, Paksuami sudah ikut hijrah ke Jawa, jadi bisa bersinergy dan berbagi peran.
Tahun-tahun selanjutnya ritme aktifitas saya semakin padat, tidak hanya penelitian, dan bimbingan saja. Saya mulai nyambi mengajar di salah satu kampus swasta di Yogyakarta. Juga ikut magang mengerjakan proyek pemerintah bersama teman. Pernah juga diminta menjadi narasumber pelatihan untuk pegawai Bank. Semua itu merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya.
Kesibukan semakin padat pada saat mendapatkan hibah disertasi. Juga mulai aktif dikomunitas, sebagai PJ Rumah belajar Boga. Semua dijalani dengan bahagia. Alhamdulillahnya, Paksuami sudah ikut hijrah ke Jawa, jadi bisa bersinergy dan berbagi peran.
Tips dan trik Cepat Lulus Studi S3
- Pahami peraturan prodi di universitas tempat belajar
Seperti tahapan tempat saya menimba ilmu ini, mahasiswa diwajibkan untuk memiliki minimal satu artikel prosiding internasional, dan artikel yang dipublikasikan di jurnal bereputasi (terindeks scopus atau Thomsom Reuter). Maka mahasiswa tidak hanya fokus mengerjakan disertasi saja, namun harus mempersiapkan artikel ini, agar tidak menjadi hambatan untuk lulus.
- Lulus Mata Kuliah Tepat Waktu
- Miliki Tema Penelitian yang Layak Sebelum Daftar Kuliah
Jika tema penelitian yang sudah disiapkan sebelum menjadi mahasiswa ini disetujui oleh promotor, ini bisa menghemat waktu, dan mengurangi stress. Ibarat kata sudah nyicil, dibanding yang belum memiliki tema yang pasti pada saat jadi mahasiswa.
Pengalaman pribadi nih, dulu saya belum merasa mantab dengan tema penelitian atau proposal yang saya ajukan pada saat mendaftar. Bahkan pada setahun setelah selesai perkuliahan teori, masih belum menemukan tema yang sreg dihati. Bahkan saya mudah tergoda dengan tema-tema lain, jadinya berganti beberapa tema. Tema yang saya ajukan, tidak bisa dilanjutkan karena tidak memenuhi syarat penelitian disertasi (tidak ada research gap, dll). Hal itu sangat menyita waktu, pikiran, tenaga dan biaya. Maka, bagi yang akan studi lebih baik siapkan tema penelitian yang matang.
Akan lebih baik tidak ganti tema penelitian dari awal menjadi mahasiswa, sampai menjadi disertasi. Namun jika keadaan mengharuskan ganti tema, jangan oatah semangat, terima dengan ikhlas dan segera bergerak mencari tema baru.
- Pilih Tema Penelitian yang Gue Bangets.
- Terus Ada Progress
- Bangun Komunikasi yang Baik dengan Team Promotor
Sebelum memilih team promotor, baiknya riset terlebih dahulu. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai profil mereka. Bisa bertanya kepada stafnya, kakak tingkat yang jadi bimbingannya, dari media sosial, karyanya dan lain-lain. Ketahui jadwal kerjanya, cara menghubungi mereka, bila perlu menghadap dan diskusi membuat kesepatakan mengenai hal-hal terkait penelitian dan bimbingan.
- Kosongkan Gelas
- Banyak Berdoa dan Mendekatkan Diri Kepada Yang Maha Kuasa
Mahasiswa S3 apalalgi sudah semester banyak, umumnya kalau bicara cenderung filisofis kata-katanya. Itulah hasil perjalanan yang sangat panjang, bagai berjalan dilorong gelap tiada ujung. Membuat mereka memahami makna kehidupan dengan lebih baik, dibanding sebelumnya. Maka wajar kalau di luar negeri gelarnya Doctor of Philosophy, bukan Doctor of Science..hehe.
Skill yang Harus Dikuasai
Ada beberapa skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa S3, baik hard skill maupun soft skill.
Skill tersebut antara lain, menguasai bahasa Inggris, karena materi kuliah, artikel, semua dalam bahasa inggris. Juga untuk presentasi di konferensi internasional. Saya sendiri masih belum bisa bahasa orang Inggris ini, terutama speaking. Kalau membaca sedikit-sedikit paham. Pahami bahasa inggris yang sesuai bidang yang ditekuni. Karena bahasa inggris manajemen akan sangat berbeda dengan bahasa inggris akuntansi misalnya.
Paham menggunakan software untuk kelola referensi Mendeley atau Endnote.
Public speaking, karena harus sering presentasi baik dikelas, maupun dikancah nasional maupun internasional.
Manajemen emosi, seorang mahasiswa doktoral harus pandai mamanage emosinya. Mengolah rasa, fleksibel, lentur, tidak mudah patah semangat dan putus asa. Karena studi S3 itu ujiannya banyak sekali, baik ujian akademik maupun non-akademik. Kalau ujian akademik sudah jelas, dan terukur. Asal mau belajar keras, dan sungguh-sungguh insyaallah bisa. Namun kalau ujian atau masalah non akademik itu yang sulit. Maka tidak mengherankan jika banyak mahasiswa S3 yang mandeg, tidak bersemangat lagi meneruskan studinya.
Miliki teman yang sefrekuensi, apa pulak ini. Memiliki teman yang baik dan dekat bagi mahasiswa S3 sangat penting. Bila perlu miliki kelompok diskusi. Teman untuk berbagi rasa suka dan duka. Teman yang bisa memberi energi positif, saling support. Jangan pendam sendiri setiap masalah, efeknya sangat berbahaya bagi kewarasan jiwa raga. Masih banyak skill lain yang harus dimiliki oleh mahasiswa S3.
Saran - Saran
Kerjakan disertasi dan menulis artikel publikasi, karena keduanya merupakan syarat untuk lulus. Kalau bisa beriringan, sehingga tidak menghambat proses selanjutnya. Biasanya publikasi artikel menjadi syarat untuk bisa ujian tertutup atau terbuka.
Rajin-rajin menghadap dosen untuk bimbingan. Sering bimbingan banyak manfaatnya, cepat tahu apakah tulisan, dan pemikiran yang diajukan, sudah sesuai atau belum. Kalau sudah bisa lanjut menulis lagi, kalau belum bisa segera diperbaiki. Rajin bimbingan berarti rajin menulis, karena setiap mau menghadap dosen untuk bimbingan harus menyiapkan bahan tulisan untuk dibahas.
Satu semester itu terdiri 6 bulan, kalau kita bimbingan satu bulan sekali, berarti hanya 6 kali pertemuan. Dengan jadwal seperti itu, belum ada jaminan progress disertasi baik, apalagi kalau malas bimbingan. Saya berusaha tidak terlalu lama jarak ketemu dosen, saya usahakan setiap bulan menghadap. Bahkan kalau sedang rajin, saya bisa bimbingan dua minggu sekali. Kadang malah satu minggu bimbingan dengan tiga dosen. Sangat melelahkan, namun bahagia dengan progress yang bisa dicapai.
Nikmati masa studi dengan bahagia, sesulit dan sebesar apapun masalah yang dihadapi jangan pernah menyerah.
Mungkin sementara itu yang bisa saya sampaikan untuk Mba Mia Buddy-ku tersayang. Hal lain bisa dilanjutkan ngedate online hehe. Mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan. Terimakasih, semoga bermanfaat.
Rajin-rajin menghadap dosen untuk bimbingan. Sering bimbingan banyak manfaatnya, cepat tahu apakah tulisan, dan pemikiran yang diajukan, sudah sesuai atau belum. Kalau sudah bisa lanjut menulis lagi, kalau belum bisa segera diperbaiki. Rajin bimbingan berarti rajin menulis, karena setiap mau menghadap dosen untuk bimbingan harus menyiapkan bahan tulisan untuk dibahas.
Satu semester itu terdiri 6 bulan, kalau kita bimbingan satu bulan sekali, berarti hanya 6 kali pertemuan. Dengan jadwal seperti itu, belum ada jaminan progress disertasi baik, apalagi kalau malas bimbingan. Saya berusaha tidak terlalu lama jarak ketemu dosen, saya usahakan setiap bulan menghadap. Bahkan kalau sedang rajin, saya bisa bimbingan dua minggu sekali. Kadang malah satu minggu bimbingan dengan tiga dosen. Sangat melelahkan, namun bahagia dengan progress yang bisa dicapai.
Nikmati masa studi dengan bahagia, sesulit dan sebesar apapun masalah yang dihadapi jangan pernah menyerah.
Mungkin sementara itu yang bisa saya sampaikan untuk Mba Mia Buddy-ku tersayang. Hal lain bisa dilanjutkan ngedate online hehe. Mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan. Terimakasih, semoga bermanfaat.
====
#janganlupabahagia
#jurnalminggu8
#materi8
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekIIP
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
wow! keren banget ya bisa study sampai s3 <3 aku mauu.. tapi aku bukan dosen dan bukan pns, huhu.. terimakasih infonya ya mba, semoga aku bisa lanjut pendidikan formal lagi nantinya, Aamiin
ReplyDeleteAamiin. Semangat Mba, sekarang Universitas Terbuka juga sudah ada program S3 lho, siapa tahu tertarik. Saya juga bukan PNS, karena belajar itu tidak mengenal status
DeleteHiks, kembali membaca ini tp kali ini dengan sepenuh perasaan, ada senyum ada rasa haru sampai air mata yang berkaca-kaca. Terima kasih Mbak Hayu Sayang, jazakillah khairan katsiran... semoga Allah SWT membalas kebaikan mbak sekeluarga dengan sebaik2 balasan. Sehat selalu, murah rezeki dan bahagia sekeluarga ya Mbak. Aamiin. Insyaallah saya akan terus kembali ke halaman ini.
ReplyDelete