Bismillah, puasa pekan ke-2 dimulai hari ini, 30 Maret 2020. Sejak kemarin sudah merencanakan tema puasa. Tidak sulit memilih tema puasa kali ini, karena sudah paham hal-hal yang dapat mengganggu proses menulis. Selain godaan main sosial media, kondisi emosional juga sangat penting diperhatikan.
Tema puasa
Pekan ini sudah menetapakan tema puasa, yaitu manajemen emosi. Mengapa? karena jika emosi tidak tertata dengan baik, maka target menulis tidak akan tercapai.
Artinya, salah satu gangguan menulis adalah kondisi emosi. Mengelola emosi tidak mudah apalagi kondisi seperti sekarang, masa social distancing, harus banyak berdiam di rumah, Suami dan anak-anak libur sekolah, ini merupakan kesempatan indah membersamai keluarga. Namun, keindahan itu mustahil tercipta jika wajah Emak dilipat, frekuensi mengomel meningkat, marah tak kenal wayah. Efeknya bukan hanya buruk untuk kesehatan diri, namun mengganggu hubungan dengan anggota keluarga.
Maka, puasa pekan kedua ini saya berniat mengurangi marah, ngomel, berusaha mengelola emosi supaya marahnya anggun dan cantik, halaah😅. Agar masa berkumpul ini tidak sia-sia.
Tantangan puasa pekan lalu bisa dibaca Disini
Tantangan 30 Hari, Pekan ke-2
Tantangan masih sama, menulis minimal 2 artikel dalam 1 minggu. Tidak mudah melaksanakan tantangan ini, buktinya pekan lalu tidak tercapai. Hanya mampu menulis 1 artikel dalam minggu ini.
Sempat ada rasa lelah dan ingin menyerah, namun dengan semangat yang ada berusaha untuk melanjutkan tantangan ini. Masih berharap pekan ini bisa tercapai target, aamiin.
Pekan ini tema artikel tidak hanya seputar green marketing, dan perilaku konsumen ramah lingkungan, namun parenting dan lain-lain. Pengalaman pekan lalu dengan membatasi tema justru menjadi buntu. Maka pekan ini diberikan kelonggaran, fokus pada hasil karya bukan pada tema.
Kendala Menulis
Kendalanya adalah buntu, badmood, susah menuangkan ide. Bahkan sudah menulis tinggal mengedit saja, tidak mampu dilakukan, yang ada pusing menatap layar laptop. Akhirnya ditutup tanpa hasil, tulisan dibiarkan begitu saja.
Hal seperti ini umum terjadi pada proses menulis, makanya tidak dipaksakan untuk menyelesaikan. Kalau sedang buntu, ya sudah tinggalkan saja. Ini bukan sikap yang baik, sama sekali tidak profesional ya, jangan ditiru, biar saya saja..hehe.
Penulis profesional tidak boleh menulis berdasarkan mood sebaliknya apapun kondisi perasaan harus bisa mengendalikan dan menghasilkan karya.
Ini sedang belajar menuju profesional, namun sayangnya tidak berhasil berkarya pada saat mood menulis hilang entah kemana. Sudah berusaha namun belum berhasil juga.
Berbagai Ikhtiar
Berbagai upaya telah dilakukan mulai dari mengedit naskah, menulis ide baru, membaca buku, membaca karya orang lain, menulis pengalaman, bongkar-bongkar naskah lama, tak juga berhasil.
Upaya terakhir buka artikel yang sudah cukup lama, dan belum selesai diedit. Ternyata daftar pustaka masih butuh perbaikan. Saya coba aktifkan Mendeley, tidak bisa, mungkin perlu diupgrade. Minta tolong ke Paksuami, memang butuh diupgrade dan butuh waktu lama. Menulis daftar pustaka manual akhirnya jadi pilihan. Cek satu persatu mulai dari pendahuluan.
Satu persatu saya perbaiki, masih cukup banyak yang haerus diperbaiki. Namun langkah terhenti, baterai tinggal 8 persen, charger ada di ruang depan. Pikir saya nanti saja, sebantar lagi, dan bleep....laptop off otomatis. Saya tutup dan berangkat tidur.
#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
No comments:
Post a Comment