Thursday, January 16, 2020

Mapping Article


Day 2

--
Sebelum menulis artikel ilmiah biasanya melakukan mapping artikel-artikel yang akan menjadi dasar untuk membuat model penelitian. Apakah ini sama dengan membuat mind map?. Ya, bisa dikatakan sama.

Apa manfaat membuat mapping ini? sesuai namanya sebagai penunjuk jalan, atau arah supaya tidak tersesat. Maksudnya lebih fokus pada tema yang dipilih, karena banyak sekali hal penting yang bisa disarikan dari sebuah artikel. Tanpa peta, akan bingung dan memakan waktu lama. Oleh karenanya perlu dipilah dan dipilih apa saja yang penting dan perlu.

Setelah mengumpulkan sejumlah artikel sesuai tema yang telah ditentukan sebelumnya, maka tiba saatnya membuat mapping. Ada banyak bentuk map atau peta artikel, bebasss...mau dibuat seperti apa, pilih yang paling disukai dan sesuai kebutuhan. Kalau berdasarkan pengalaman yang sudah saya buat, mapping artikel dibuat dalam bentuk tabel yang berisi poin-poin penting yaitu; Nomer, Nama Penulis + Judul+Penerbit+tahun, Variabel (Bebas, mediasi, moderasi, terikat), Alat analisis, Hasil penelitian, dan saran.

Map Artikel GPI

Itu hanya contoh map yang biasa saya buat, Anda bisa berkreasi membuat map yang lebih baik dan lebih disuka, yang terpenting sesuai kebutuhan. Informasi apa saja yang dibutuhkan untuk memperkaya tulisan artikel yang akan Anda tulis.Oh iya, pelajaran membuat map artikel ini saya dapat pada perkuliahan matrikulasi awal tahun 2014, dan sampai kini masih relevan untuk digunakan. Terimakasih Bapak dan Ibu dosen atas ilmunya, barakallah.

Berapa jumlah artikel yang ideal untuk menulis satu tema artikel?, jumlah ideal tentu relatif ya, namun ada yang berpendapat minimal 30. Jumlah tersebut biasanya hanya untuk membuat model atau kerangka konseptualnya saja ya, setelah dikembangkan menjaid tulisan maka artikel akan bertambah lagi jumlahnya, sebagai referensi supaya tulisan semakin kaya dan menarik tentunya.

Artikel-artikel tersebut akan dijadikan dasar untuk menemukan reseacrh gap atau kesenjangan penelitian. Kesenjangan penelitian itu adalah adanya inkonsitensi hubungan antara dua variabel. Selain itu variabel apa saja yang berperan sebagai anteseden dan konsekuen dari kedua variabel yang inkonsisten tersebut. Juga, variabel apa yang bisa menjadi solusi dari kesenjangan tersebut. Solusinya dengan menambahkan variabel antara. Umumnya variabel antar itu disebut variabel mediasi atau moderasi. Dasar untuk menambahkan variabel antara ini tentu harus ada landasan teori atau penelitian empiris yang kuat, jadi tidak asal comot dan tempel saja.

Berapa usia artikel yang relevan untuk dijadikan referensi? dilihat dari usia penerbitan artikel, sebaiknya gunakan artikel-artikel yang diterbitkan 10 tahun terakhir. Misalnya, dari tahun 2009 - 2019. Setiap penerbit atau publisher biasanya memiliki standar mengenai usia artikel yang boleh digunakan untuk literatur artikel. Ada baiknya sebelum menulis artikel, cari informasi mengenai publisher atau penerbit artikel beserta syarat-syaratnya.

Apakah semua artikel dengan tema yang sama boleh digunakan?, lagi-lagi tergantung publisher yang ingin dituju. Jurnal terakreditasi nasional dengan yang tidak terakreditasi tentu akan berbeda kualitas artikel referensi yang diminta. Akreditasi nasional pun ada beberapa level, yaitu Sinta 1 sampai 6, hal itu berimbas pula dengan artikel referensi yang digunakan.  Sedangkan untuk yang jurnal internasional juga ada yang bereputasi (terindeks Scopus dan Thomsom Reuter), artikel referensi juga harus menggunakan yang berasal dari jurnal-jurnal berkualitas (bereputasi).

Mungkin itu dulu ya, yang bisa dipaparkan dalam tulisan kali ini. Semoga tetap istiqomah menulis. aamiin.


==
#Day2
#KLIP
#30haribercerita
#30harihbc
#ibupembelajar
#ibupendidik
#menulissetiaphari
#Ngeblog_tiaphari









Wednesday, January 15, 2020

Menulis Artikel


Menulis artikel ilmiah yang baru, masuk daftar yang harus aku kerjakan bulan ini. Sengaja memilih tema baru, untuk penyegaran saja. Biasanya menulis artikel dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Namun, kali ini saya ingin menulis artikel konseptual atau artikel yang berdasarkan studi pustaka (Desk Reseach). Tema masih diseputar Green Brand, mengulik mengapa orang memutuskan membeli produk ramah lingkungan.

Mulailah aku browsing di mesin pencarian, memasukan variabel yang ingin diteliti. Munculah banyak judul artikel terkini dan ter....old, hehe. Begitu banyaknya sumber data yang bisa diperoleh dengan cepat, dan mudah. Tidak terbayang menulis artikel pada masa lalu, sebelum ada internet dan lain-lainnya, penulis harus hunting artikel keatau buku ke perpustakaan secara langsung  karena tidak bisa diakses dari jauh. Belum lagi jarak yang harus ditempuh, juga biaya.Alhamdulillah bersyukur diberi waktu hidup di jaman seperti sekarang, jaman mudah dan murah mencari artikel penelitian ilmiah.



Image result for menulis artikel ilmiah
Pict. Google.

Mendapatkan artikel untuk bahan menulis tidaklah sulit, juga tidak perlu waktu lama, dan cukup duduk dirumah tidak perlu keluar. Namun, mereview artikel, membaca poin-poin penting yang menyita waktu cukup lama. Membaca, mencatat, mereviu, membuat mapping artikel minimal 30.

Alhamdulillah, sudah mendapatkan artikel yang menjadi kesenjangan penelitian atau Gap research, tinggal melengkapi artikel pendukungnya.

Sekarang tinggal mencari artikel yang membahas variabel yang bisa menjadi solusi kesenjangan penelitian tersebut. Hal itu harus berdasarkan penelitian terdahulu dan teori-teori untuk menguatkannya.

Jadi, solusi tersebut tidak asal pasang variabel lain, namun harus memiliki dasar yang kuat, mengapa harus menggunakan solusi tersebut dalam mengatasi masalah atau kesenjangan penelitian.

Disitulah dibutuhkan analisis mendalam, secara cermat dan teliti. Supaya bisa dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Jadi kalau mau diurutkan sebenarnya menulis artikel ilmiah konseptual (penelitian pustaka) yang menggunakan data sekunder (data sekunder yang dimaksud disini adalah buku, artikel penelitian sebelumnya, dll) adalah sebagai berikut.
  • Tentukan tema/topik
  • Mencari dan mengumpulkan artikel 
  • Baca dengan seksama (deep reading)
  • Mereview aretikel2
  • Mapping artikel
  • Membangun model /kerangka konseptual
  • Bikin outline menulis artikel sesuai selingkung biasanya terdiri dari : Pendahuluan, Literatur review, Metode penelitian, Analisis dan Pembahasan, dan kesimpulan & Saran.
  • Poin 7 harus disesuaikan dengan metodologi penelitian, dan publisher yang dituju. Karena, setiap publisher memiliki selingkung yang berbeda, meskipun pada intinya berisi poin-poin nomer 7.
  • Kembangkan outline tulisan
  • Setelah selesai, endapkan dulu, rehat dulu.
  • Proses editing dan revisi. Pekerjaan menulis dengan mengedit itu merupakan pekerjaan yang berbeda, jadi jangan dilakukan sekaligus. Maka sebaiknya dilakukan di waktu terpisah. Hal itu untuk menghindari kejenuhan, kelelahan dan kesalahan, yang menyebabkan penulis  kurang teliti.
  • Bila perlu, minta dibaca ataqu direviu oleh orang lain yang memiliki kompetensi, ini untuk menguatkan apakah artikel kita sudah oke atau belum.
  • Setelah melalui proses revisi, revisi dan revisi..dengan teliti, maka artikel dianggap selesai, dan siap disubmit ke jurnal tujuan.

Plooong......bahagia, legaaa...setelah berhasil menulis dan submit artikel. Semoga istiqomah menulis.aamiin

==
#Day1
#KLIP
#30haribercerita
#30harihbc
#ibupembelajar
#ibupendidik
#menulissetiaphari
#Ngeblog_tiaphari

Monday, January 13, 2020

Illeism




Bismillahirrahmanirrohim,

Hallo Bunda, pernahkah teman, saudara atau orang yang tidak kita kenal lebih suka menyebut namanya sendiri dan tidak mau menggunakan kata ganti ''aku'', atau ''saya?''. Misalnya seseorang yang bernama Ibu Kiran, saat bicara dengan teman arisannya, ''Kiran tidak suka makan daging sapi lho''. 

Ibu Kiran tidak mengatakan ''Saya tidak suka makan daging sapi lho.''.

Nah fenomena orang seperti Ibu Kiran itu disebut Illeism. Illeism adalah orang yang menyebut namanya sendiri dan tidak mau menggunakan kata ganti. Dengan kata lain, pembicara menempatkan dirinya sebagai acuan dan sumber utama dari pembicaraan. 

Perilaku illeism ini berkaitan dengan kondisi psikologis, sebagai proses yang produktif dan positif maupun sebaliknya.  Dalam kondisi tertentu hal itu bisa membuat orang  merasa lebih nyaman dan tenang, serta kondisi self esteem yang lebih tinggi. Jadi orang-orang dengan perilaku itu, merasa nyaman menyebutkan namanya dibanding menggunakan kata ganti ''Saya'' atau ''aku''. 

Namun, ada juga yang berpandangan negatif terhadap perilaku tersebut. Masih banyak orang yang menganggap bahwa orang yang illeism mempunyai kepribadian yang narsistik, dan cenderung membanggakan dirinya sendiri. Ada juga yang mengkaitkan dengan personality disorder (gangguan kepribadian). 

Personality disorder  adalah kumpulan gangguan jiwa yang mempengaruhi bagaimana orang berpikir, merasa, dan berperilaku. Larsen (2005) mendefinisikan personality disorder sebagai suatu bentuk perilaku kebiasaan yang sangat jauh berbeda dengan kebiasaan seseorang pada umumnya. Illeism memang salah satu bentuk perilaku yang berbeda ''ora umum'', tetapi tidak serta merta layak disebut gangguan kejiawaan. Kalau alasan mengapa melakukannya?Tentu saja perlu ditanyakan kepada orang yang melakukannya.

Dilihat dari segi etika dan kesopanan, ada yang berpendapat bahwa orang dewasa tidak pantas menyebut namanya sendiri, kurang sopan apalagi jika yang diajak bicara orang yang lebih tua,.

Illeism juga dianggap  sebagai sikap kekanakan. Memang biasanya anak-anak yang melakukannya. Misal  ''Bu, Sarah minta permen.'' Rengek Sarah anak usia 5 tahun itu. 

Ada juga yang mengatakan kalau itu lebih sopan daripada menggunakan kata ''aku'' ketika berbicara kepada orang yang lebih tua, atau orang yang belum begitu dikenal.

Dalam suasan formal dan bicara kepada orang yang lebih tua, tentu tidak sopan jika menyebut namanya sendiri. Seorang mahasiswa tentu kurang sopan apabila menyebut namanya ketika berdialog dengan dosennya, ''Mohon maaf Prof., Karina lupa tidak membawa buku materi.'' Lebih elok jika ''Mohon maaf Prof., saya tidak membawa buku materi.''

Tidak banyak literatur yang membahas mengenai Illeism ini, yang jelas ada pendapat yang mendukung dan ada yang tidak, bahkan lebih ekstrim lagi ada yang  merasa jijik. Masa' sih?


Berbagai pendapat tersebut menunjukan bahwa illeim itu dilihat dari segi etika kesopanan adalah relatif. Kalau begitu  dikembalikan kepada pribadi masing-masing ya Bund?. Mungkin ada baiknya disesuaikan dengan kondisi dan siapa lawan bicara. Bila berbicara dengan orang yang lebih tua, belum terlalu akrab, belum kenal, suasana formal sebaiknya gunakan kata ganti ''Saya''. Boleh gunakan kata ''aku''/ ''gue'' bila sudah akrab dan kenal baik. Lalu, kapan boleh nyebut nama sendiri?
Emmh....kapan ya? 

Btw, saya pribadi merasa geli kalau ada orang dewasa yang seperti itu (illeism), entah mengapa, pokoknya geli saja. Tetapi, saya bisa memakluminya, tidak protes atau menegurnya. Itu hak dia, dan perasaan geli itu biarlah menjadi urusan saya sendiri, 😊. Oleh karenanya saya tidak pernah melakukannya, dan berharap anak-anak saya tidak melakukannya juga. Kalau orang lain, silahkan saja. 

Bijak itu lebih baik. 

===
catatan:
Btw, = by the way (ngomong-ngomong...)

#menulissetiaphari
#setiapharimenulis

Sunday, January 12, 2020

Peta Belajarku


Bismillahirrahmanirrohim,

Tahapan ini semakin menantang. Memaksa berpikir lebih keras dan merenung lebih lama. Ini belajar yang outputnya bukan hanya laporan tugas, namun proses belajar menuju perubahan. Perubahaan ke arah yang lebih baik. Kalau belajar tidak ada perubahan, tidak ada artinya, kata Bunda Septi.

Saya harus merevisi telur merah yaitu keterampilan bahasa diganti dengan keterampilan menulis (writing skill). Pada telur oren, semula hanya 1 keterampilan yang akan diasah, ditambah satu telur lagi sehingga menjadi dua telur yaitu writing skill dan manajemen waktu.

Untuk percaya diri dalam menulis saya perlu meningkatkan keterampilan menulis dengan menguasai ilmu kepenulisan, dan manajemen waktu. Selain itu saya merasa perlu membuat target yang ingin saya capai dalam lima bulan kedepan bisa menyelesaikan satu buku dan satu artikel. Kedua target tersebut sudah dimulai namun karena berbagai hal jadi tertunda. Sedangkan menulis di blog, target saya tiap hari, menulis di blog merupakan sarana latihan yang efektif dan disarankan banyak penulis senior.

Alhamdulillah, peta belajar berhasil saya buat, semoga mampu membantu saya dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri menulis, dan mampu menunjang profesi sebagai pengajar/pendidik, Aamiin.

Gambar petanya kurang menarik, maklum masih amatir..😃

Petaku


===
#janganlupabahagia
#jurnalminggu4
#materi4
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional


Friday, January 10, 2020

Mind Map


Bismillahirrohmanirrohim

Selamat pagi Bunda...

Bersyukur cuaca yang dingiiin masih bisa bangun dinihari, dan menyimak kembali dongeng dari Pak Dodik tentang mind mapCocok regane endog ndilalah  baru baca-baca buku Mind Map karya Tony Buzan, klop deh. Kumandang adzan subuh menggema, memaksaku beranjak dari keyboard untuk menghadap-Nya, bersujud dua rakaat. 

Sebelum mengerjakan mind map saya mau menuliskan kembali hasil belajar mengenai mind map dulu, supaya lebih mudah mencerna kemudian berharap mudah juga memahaminya, serta prakteknya.

Mind Map atau peta belajar itu didefinisikan sebagai alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. Mind map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Michael Michalko).

Mind map adalah suatu teknik mencatat yang menampilkan sisi kreativitas agar efektif dalam memetakan pikiran (Tony Buzan dan Barry, 2004). Bisa juga didefinisikan sebagai teknik belajar atau berpikir menggunakan seluruh pikiran dan kapasitas otak, (otak kanan dan kiri).

Namanya peta pastinya memiliki kegunaan untuk menuntun langkah kita mencapai tujuan yang ditetapkan, dan mengurangi risiko tersesat. Seandainya tersesat, memungkinkan untuk kembali dengan lebih mudah dibanding tanpa peta.

Kegunaan Mind Map :

Biar semangat belajar dan praktek perlu kiranya mengetahui apa saja manfaat atau kegunaan mind map yang dirangkum dari beberapa sumber, yaitu:

  • Meningkatkan daya ingat
  • memecahkan masalah secara berurutan
  • Mind Map memudahkan otak memahami, dan menyerap iinformasi dengan cepat
  • Membantu lebih fokus pada satu hal/pokok bahasan
  • Mengaktifkan seluruh bagian otak
  • Belajar lebih cepat dan efisien
  • Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang terpisah
  • Membantu melihat secara keseluruhan
  • Meningkatkan  kreatifitas
  • Hemat waktu
Banyak sekali manfaat mind map ini ya...


Image result for mind map buku
Buku Mind Map (Pict. Google)



Bahan-bahan untuk membuat Mind Map sangat sederhana
yaitu: 
  • Kertas kosong, 
  • Pensil / pena warna-warni
  • Imajinasi, dan
  • Otak
Selain menggunakan bahan dari kertas Mind map juga bisa menggunakan berbagai software yaitu:
  • Mindmanager, 
  • Mind Mapple, 
  • Xmind, 
  • Freemind, 
  • Drawing Apps 
  • dsb. 
Langkah membuat mind map:
  1. Gambar tema atau gagasan utama dibagian tengah kertas
  2. Tuliskan tujuan
  3. Tentukan topik dan sub topik
  4. Buatlah garis cabang yang menghubungkan antara tema dengan topik, dan antara topik dengan sub-topik
  5. Tema dan topik bisa ditulis ke dalam bentuk lingkaran/kota atau garis saja, bebaaas..
  6. Garis cabang dibentuknya melengkung bukan garis lurus, karena otak memiliki struktur garis melengkung
  7. Gunakan pensil warna-warni supaya menarik

No photo description available.
Mind Map Pak Dodik, Sumber : FB, IIP

Sudah terbayangkah mind map telur oren?, kembali buka apa tujuan belajar keterampilan ditelur merah? ilmu apa saja yang ingin dikuasai?....dari situlah kita mulai membuat mind map dikelas bunda cekatan.

Demikian Bunda, tulisan singkat mengenai mind map semoga manfaat. Jangan lupa kerjakan dengan bahagia..😍😍😍
Terimakasih

Image result for Contoh mind map
Contoh Mind Map bentuk garis, (Sumber : Google)

==
#myjourney
#emakbelajar

Saturday, January 4, 2020

Meningkatkan Keterampilan (Telur Orange)


Bismillahirrahmanirrohim,

Alhamdulillah, kelas Buncek sudah dimulai  lagi, setelah libur akhir dan awal tahun. Tugas kali ini adalah menemukan telur orange. Apa itu telur orange? telur orange disini adalah ilmu untuk mendukung telur merah. Apa pula itu telur merah? telur merah itu keterampilan yang harus dikuasai untuk meningkatkan telur hijau. Telur hijau adalah kegiatan yang bisa, suka dan penting. Jadi, manfaat telur merah dan orange itu adalah untuk meningkatkan kualitas telur hijau atau indeks kebahagiaan melakukan kegiatan yang bisa, suka dan penting, (lihat link telur merah, dan telur hijau).

Nah untuk itu, perlu kiranya di breakdown lagi menjadi lebih spesifik, mengenai ilmu apa yang dipelajari, apa tujuan belajar, sumber ilmunya darimana, dan  bagaiamana cara belajarnya. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

Ilmu apa yang dipelajari?

Flasback, telur hijau yang aku pilih diantara lima telur adalah menulis. Untuk meningkatkan kualitas telur hijau, maka dibutuhkan  telur merah (keterampilan).  Telur merah yang saya utamakan untuk dipelajari dan dikuasai dikelas bunda cekatan ini adalah keterampilan menulis (writing skill) dan ilmu manajemen, dalam hal ini bahasa indonesia. Menurut saya, bahasa saat ini mendesak untuk dipelajari.



Tujuan Belajar

Mengapa bahasa?/ Why? tujuan belajar untuk menunjang profesi sebagai pendidik/pengajar, juga, untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam menulis. Saya masih sering tidak percaya diri (pede) ketika menulis artikel atau bahkan status. Oleh karenanya perlu belajar ilmu kepenulisan yang meliputi ilmu tata bahasa Indonesia, stilistika, dll. Ilmu manajemen waktu sangat membantu agar aktifitas menulis tidak mengganggu aktifitas lainnya, terutama kebersamaan dengan keluarga.



Sumber Ilmu

Di era banjir atau tsunami informasi ini, kita dimanjakan dengan berbagai sumber ilmu. Kondisi tersebut memang sangat menguntungkan dan memudahkan kita untuk belajar, namun sekaligus membingungkan jika, tidak paham cara belajar yang benar. Bagaimana tidak, justru semua hal  yang kelihatan menarik dibaca, dipelajari, akhirnya pada saat tertentu malah jadi bingung sendiri, Oleh karenanya perlu sekali kita bisa memilah, memilih apa yang harus dipelajari, dikuasai. Hal itu akan efektif jika kita mampu memetakannya, berdasarkan suka, bisa dan penting, juga skala prioritas, mana yang mendesak dan mana yang masih bisa ditunda.


Memilah dan memilih ini perlu juga dilakukan untuk menentukan sumber belajar. Sumber belajar ilmu bahasa yang saya pilih adalah buku, artikel Blog, Youtube, Komunitas, media sosial, website juga ahli bahasa, dan lain sebagainya.

Cara Belajar yang Gue Bangets

Menemukan gaya belajar yang sesuai dengan diri atau ''gue bangets'' itu butuh proses yang tidak sebentar. Hal itu terasa sekali saat menjalani studi doktoral. Proses panjang studi itu telah mengajarkan saya untuk mengenal diri, terutama mengenai ritme belajar, pola belajar yang pas untuk diri. Sehingga menjadi paham kapan saat produktif, ide mengalir deras dan cepat menguasai materi pelajaran.


Hasil mengamati dan merasakan bertahun-tahun menyimpulkan bahwa saya nyaman dan bisa belajar cepat itu pada saat dini hari-sampai subuh, atau subuh - sampai jam 7. kalau sore jam 3 - maghrib. Waktu-waktu tersebut saya sebut jam produktif berdasarkan waktu. Sayangnya subuh - jam 7 itu waktunya emak menyiapkan sarapan dan mengantar anak-anak ke sekolah. Begitu pula jam 3 - maghrib, saatnya jemput anak sekolah dan menemani mereka makan dan lain sebagainya, sehingga menjadi tidak efektif untuk belajar di jam-jam itu kecuali anak-anak libur sekolah. Ini merupakan tantangan yang harus dicari solusinya. Berusaha belajar atau menulis pada waktu sebelum subuh dan setelah antar maupun jemput anak-anak.

Cara belajar berdasarkan tempat, saya akan nyaman dan belajar cepat / mudah paham jika berada ditempat sepi tapi banyak orang (ramai tapi sepi), seperti perpustakaan, masjid kampus, di rumah tapi tidak sendiri, dan lain sebagainya. Intinya ditempat yang ada orang lain tapi sepi.

Dalam kondisi tertentu, saya harus bisa belajar dimanapun dan kapanpun, tidak terikat ruang dan waktu. Tetapi mengenali ritme dan pola belajar diri itu sangat penting, agar tujuan belajar bisa tercapai dengan lebih efektif, lebih cepat serta lebih baik.

Setelah paham waktu dan tempat produktif belajar, maka saya pun harus bisa menemukan cara belaajr yang "gue bangets". Biasanya cepat nyantol jika belajar dengan cara; membaca, kemudian dicatat, dibaca ulang, melihat dan mendengarkan sambil dicatat yang penting-penting, dibuat pola semacam model penelitian,  dan diskusi dengan orang lain. Diskusi dengan orang lain juga sangat efektif untuk memahami materi belajar.






Bismillah, semoga dimudahkan proses belajar dibuncek ini, tujuan dan target tercapai, aamiin. Semangaaat.

======


#janganlupabahagia
#jurnalminggu3
#materi3
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional


Baca juga :

https://hayu0477.blogspot.com/2019/12/kelas-bunda-cekatan-kelas-telur-telur.html


Mendidik Anak Ala Keluarga Berbudi

Link