Wednesday, February 19, 2020

Aku dan Adik


Ini cerita kebersamaan dengan si Bungsu Ehh, anak paling kecil maksudnya, yang insyaallah menjadi anak bungsu kami. Mengapa hanya berdua, karena Abi sedang kerja di Jogja, kakak main ketempat sahabatnya, dan Mas Arsyad dipondok pesatren.


Pulang sekolah biasanya bertiga; saya, kak Alya dan Adik Ayla, tetapi kak alya mau kerumah sahabatnya Aurel, jadi tidak ikut pulang kerumah. Saya dan paksuami mengijinkan kak Alya main kerumah sahabatnya karena sudah kenal kedua orang tuanya, dan orang tuanya pun sudah meminta ijin melalui wahtshap kalau kak alya mau diajak main kerumah neneknya di Celep Sragen.



Ayla dan saya tidak langsung pulang kerumah, mampir di minimarket yang tak jauh dari rumah ingin beli tas. Boleh membeli tas baru asal pakai uang tabungannya sendiri, seperti kesepakatan yang sudah kami buat tadi malam. Selain sumber dana, harga tas juga kami sepakati lebih dulu, mau beli yang harganya maksimal sekian. Hal ini penting agar anak belajar menjaga komitmen dan tidak mudah berubah pikiran ketika berbelanja. Mengingat ditempat belanja pasti banyak pilihan tersedia, jika tidak dibatasi akan mudah bagi anak untuk berubah. Menggunakan uang sendiri, juga membuat anak lebih mudah membatasi barang dan harga barang yang akan dibeli. Mungkin akan timbul rasa ‘’eman-eman’’ atau sayang  kalau terlalu banyak belanja, atau terlalu mahal maka uangnya akan berkurang. Berbeda jika menggunakan uang orang tua.  

Sampai di minimarket tujuan, kami langsung naik ke lantai 2 karena tas anak-anak ada disana, tak lupa menitip tas pada sese-mas penjaga penitipan. Tanpa dikomando ayla langusng melihat berbagai tas yang digantung diatas, ada juga yang ditata dirak-rak khusus tas.

‘’ Aku nggak mau yang ada gambarnya’’ Kata ayla setelah melihat koleksi tas dibagian kiri toko.

Saya mengajak bagian lain, siapa tau ada tas yang dicarinya.


Didekat kasir ada rak berisi tas-tas cantik berbagai motif tapi lebih kalem. Ayla menunjuk tas berwana hijau, yang menurut saya warnanya kusam. Saya menunjukan tas warna lain yang lebih cerah dan bagus versi saya.  Tetapi dia tetap memilih warna hijau dan permisi kepada mbak penjaga untuk menurunkan tas hijau, agar bisa dilihat dari dekat.
Mulai tidak suka, setelah melihat dari dekat, memegang dan memeriksa bagian dalam tas.  


Saya diskusi lagi dengannya dan menunjukan tas dirak bagian atas itu, ada warna biru, pink, ungu dan lain-lain. Dia ingin melihat warna dan motif lain, tiga tas diturunkan oleh mbak penjaga yang sabar dan baik hati. Kembali dibuka, diperiksa, model, isi dalam tas, covernya, kantongnya, wadah minumnya, jumlah risleting, dan harganya. Ndilalah harganya dibawah harga yang kami sepakati, sekarang tinggal menentukan pilihan pada warna, dan motif saja. Adik tampak tidak mudah memutuskan pilihan, saya pun tidak berusaha mempengaruhi pilihannya, saya tunggu sampai dia memutuskan sendiri.


Setelah menunggu agak lama, akhirnya adik memilih tas warna pink, dan ungu dengan motif love. Sekali lagi saya yakinkan apakah pilihannya sudah pas, dan tidak berubah lagi?. Dia mengangguk tanda sudah final pilihannya. Saya sampaikan pilihan itu kepada si embak, dan segera diambilkan tas yang masih dikemas bukan tas yang dipajang tadi.


Tas tersebut langusng diserahkan kekasir oleh mba penjaga tadi, karena memang letak kasir bersebelahan. Tanpa antri kami segera membayarnya. Lalu siap-siap pulang, karena hujan kami tidak jadi mampir membeli makanan. Ada burger mini didepan minimarket sayangnya sudah habis ketika saya mau beli. Ya sudah kami pulang meskipun hari masih hujan. Untung ada dua mantol di jok motor, ayla kupakaikan satu mantol yang kebesaran ditubuhnya, satu lagi saya pakai sendiri. Tak kuhirauakan flu batuk pilek yang kuderita, berdua menembus rinai hujan dengan hati mekar bahagia, bak bunga dimusim hujan. Halah lebay …


Sampai dirumah ayla tidak sabar ingin memindahkan isi tas lama dengan tas baru. Tapi saya sarankan untuk mandi dan ganti baju dulu , dia nurut. Tak lupa saya menyiapkan makanannya. Setelah makan dia mulai memindahkan semua isi ke tas baru. Bahagia sekali dia …


Waktu sholat maghrib tiba, adik meminta untuk jadi imam. Memang dia suka sekali mengajukan diri menjadi imam sholat ketika Abinya tidak sholat dirumah. Meskipun bacaanya belum bagus tetapi tidak apa-apa, anggap saja latihan praktik ibadah, mengamalkan apa yang sudah dipelajari dirumah dan disekolah.


Usai sholat maghriba kami berusaha mengisi waktu dengan belajar dan mengaji. Kali ini saya bersamai adik membaca buku Iqro metode UMMI. Metode UMMI sedikit berbeda cara membacanya, yakni dengan irama cepat. Bukunya juga berbeda dengan buku iqro pada umumnya. Belum lama diterapkan di sekolahnya, sehingga adik belum begitu paham, apalagi saya..hehe. Setelah dia membaca satu halaman, gentian saya yang diminta membacanya. Dia berperan sebagai guru atau Ustdzahnya, saya diminta menirukan bacaannya, dan mengulang-ngulang sampai bisa, persis seorang guru yang sedang mengajari muridnya. Sengaja saya salahkan membacanya, dan dia berlagak seperti guru yang sedang marah. Akhirnya malah jadi tertawa kami berdua, mentertawakan polah tingkah kami.


Setiap anak memang berbeda pola belajarnya, sebagai orang tua harus bisa memahami hal itu, agar anak mau belajar dengan sukahati dan bahagia. Setelah membaca iqro dan hafalan satu surah Al-quran, adik melanjutkan membuat PR (pekerjaan rumah). Kalau benar-benar tidak paham, barulah adik minta bantuan saya atau Abinya, namun selama dia bisa mengerjakan sendiri, jangan harap kami boleh melihatnya.
‘’Dek, mana PR-nya?’’ Tanya saya suatu hari
‘’Aku sudah bisa sendiri kok’’ Jawabnya dengan santai
‘’Lihat sih de’’ Emaknya mulai kepo
‘’Gak boleh, kan aku udah bisa, kalau enggak bisa aku pasti tanya ummi’’ ujar adik berkilah.


Yo weslah emaknya menyerah, melipat rasa kepo dan memasukan kembali ke dalam kantong. Percaya saja sama adik, agar rasa percaya dirinya tumbuh baik.
Hemm…semua kegiatan wajib sepulang sekolah sudah adik lakukan, mandi, makan, sholat, belajar, mengaji, hafalan sampai sholat isya' sudah dilakukan. Saatnya gadget time…yeeayyy adik senang luar biasa. Peraturan dirumah ini boleh main gadget setelah sholat isya, dengan syarat semua tugas sudah selesai dikerjakan. Durasi main gadget hanya satu jam sehari, kadang malah hanya sabtu dan minggu saja, mislanya pada saat ujian tengah atau akhir semester.


Terdengar suara kendaraan diluar, saya berjalan ke ruang tamu dan melihat dari jendela, ohh Abi sudah datang, Alhamdulillah. Segera saya panggil adik, biasa kami suka bikin kejutan kepada Abi sepulang kerja. Kunci pintu saya buka, kemudian bersama adik sembunyi dibalik pintu. Bebebrapa menit kemudian terdengar langkah kaki abi memasuki rumah, adik berusaha menahan tawa dengan menutup mulutnya dengan tangan Daaan..ciluk baaaa….tanpa komando adik mengucapkannya dengan suara keras, Abi terkejut kemudian memeluk adik yang tertawa penuh kemenangan. Merasa berhasil mengagetkan abi. Kami berpelukan …dan ngruntel bertiga dikasur setelah abi berganti pakaian. Semoga Allah panjangkan umur kami, menua bersama sampai akhir hayat, ijinkan kami membersamai keluarga ini lebih lama, hingga anak-anak tumbuh dewasa dan mandiri. Meridhoi cinta kami didunia akhirat..aamiin.



Surakarata, 18 Februari 2020.


No comments:

Post a Comment

Mendidik Anak Ala Keluarga Berbudi

Link