Sunday, January 19, 2020

Belajar Public Speaking


Bismillahirrohmanirrohim

Badan sedang tidak fit, enggan beranjak dari rumah sebenarnya, namun keinginan untuk belajar dari duo mastah kece di bidang public speaking dan beautifying sayang untuk dilewatkan.

Setelah urusan domestik kelar, yang sebagian saya delegasikan kepada embak, saya tenang meninggalkan rumah, memacu kendaraan roda dua menuju acara, di Hotel Adhiwangsa, Adi Sucipto, Surakarta. Alhamdulillah  datang lebih awal, menjadi kebahagiaan tersendiri, apalagi bertemu teman-teman di IIP Solo Raya, kebetulan jarang jumpa.

Singkat cerita, acara dimulai dan dipandu MC kece mba Hanifa, dilanjutkan dengan sambutan dari ketua Koordinator IIP Solo Raya, Mba Deasy Irawati. Acara dibagi dua sesi, pertama mengenai public speaking dengan narsum kece badai, mba Sara Neyreiza,  kedua sesi beautifying oleh mba Fajrina Addien.


Public Speaking (PS) merupakan komunikasi mentransfer informasi. Unsur-unsur dalam komunikasi yaitu Who,What, in which Channel, To Whom,Effect, dan Feed back.

  • Who disini adalah komunikator Utama atau narasumber. 
  • What = pesan verbal (pakaian, warna, cara berdiri, asesoris yang dikenakan, dll.) dan non-verbal (kata-kata).
  • In Which Channel = Face to Face dan media. Media massa (koran, medsos = komunikasi massa). 
  • To Whom = komunikan / audience
  • Effect = efek dapat berupa tindakan (tepuk tangan), wawasan, dan perasaan 
  • Feed Back = ada dua macam , positif (bersemangat) dan negatif (tidak suka, meninggalkan arena). 
Dalam PS, menguasai materi saja tidak cukup, perlu latihan yang intens, agar hasilnya maksimal. Apa saja yang dilatih?, laiknya  menulis berita, dalam PS juga menggunakan teknik 5 W +1 H.


Pict. IG.ayungyulia.r


Pesan-pesan non-verbal yang harus diperhatikan dan dilatih adalah :

Postur 
Bagaiamana membawa tubuh, sebaiknya santai, rilex namun tidak terkesan berlebihan.

Cara melatih : latihan didepan kaca, dan lihat bagaimana postur yang tepat ketika hadapai audience yang berjumlah 5 orang dll. Karena jumlah audience sangat menentukan  bagaimana sebaiknya postur tubuh pada saat berbicara didepan umum. Berhadapan dengan 50 audience, tentu berbeda dengan 10 audience, maka penting mencari informasi tentang jumlah peserta sebelum acara.

Eye Contact
Jaga kontak mata dengan audience, termasuk jaga kedipan. Jangan terlalu sering, jangan pula tidak berkedip, hehe. (jumlah kedipan akan sering, jika suka dengan seseorang).

Gestur
Dukungan tubuh untuk memperkuat makna, maka gestur tubuh harus bisa dikendalikan selama berbicara didepan umum.

Voice
Suara perut (diagframa), suara ini sama dengan orang yang sedang menyanyi. Suara perut membuat pembicara lebih ringan, nafas lebih panjang. 

Latih suara perut dengan cara isi perut dengan udara, lalu keluarkan. Perbanyak latihan supaya otot dada, dan perut menjadi kuat. Cara lainnya, bisa dengan menyanyi. 

Latihan memainkan suara, pitc (tinggi - rendahnya suara) jadi inget mba Tri Utami, pada saat menjadi juri lomba nyanyi, selalu menekankan pitc ini. Kemudian tone, yaitu nuansa suara atau suasana dari suara seperti suara ramah, ceria, sedih. Untuk kecepatan suara, bisa direkam untuk melatihnya.  Perlu dipahami bahwa suara asli adalah suara yang didengar oleh orang lain, maka jika direkam, suara dalam rekaman itulah suara asli kita. Sedangkan suara yang terdengar oleh suara kita bukan suara asli, karena sudah dimodifikasi oleh syaraf-syaraf telinga. maka, sering-seringlah berlatih didepan kaca, direkam, didengarkan , dikoreksi dan diperbaiki.

Tempo
Tempo suara bibuat lambat atau cepat. 

Facial Expression/ ekspresi wajah
Bisa dilatih dengan latihan tersenyum dicermin, untuk memaksimalkan tampilan wajah ceria.

Pahami Makna Suara yang kita hasilkan
Pahami penggunaan makna kata yang tepat. 

Pakaian
Pakaian yang dikenakan harus sesuai acara yang dibawakan. Tanyakan kepada panitia acara, apakah harus mengikuti brand yang jadi sponsor, sebelum hari H. Misalnya, warna harus sesuai dengan brand yang mengendorse, atau boleh memakai warna lain. 

Bila perlu harus mengenakan pakaian dari brand tersebut. Wah, harus modal dulu ya, makanya ada yang mencari sponsor, agar bisa mengenakan produk brand tersebut.

Colour Identity
Warna pakaian, asesoris dan lain-lain yang harus dikenakan harus disesuaikan dengan brand. Misalnya, telkomsel identik dengan warna merah, maka jangan kenakan warna biru.

Personal Style
Setiap pembicara atau public speaker memiliki gaya tersendiri. Ada yang suka berpakaian polos, motif, hijab pasmina, tulban dll. Pilih yang paling disukai, dan jadi diri sendiri. Namun ada kalanya harus menyesuaikan dengan acara. Tidak bisa membaawakan acara formal dengan gaya casual, acara pengajian, dengan pakaian agak terbuka. lagi-lagi, lakukan penelitian sebelum acara, itu penting, untuk menghindari salah kostum.

Improve Confident
Tingkatkan percaya diri ketika bicara didepan umum, bisa dilakukan dengan mengenali kekurangan diri, dan kelebihan diri. Misalnya, memiliki tubuh tidak tinggi, maka bisa disiasati dengan mengenak sepatu hak tinggi pada saat membawakan acara (public speaker). 

Manajemen Waktu
Hal yang tidak kalah penting adalah manajemen waktu, salah satunya adalah memanfaatkan durasi waktu yang diberikan. Hal ini bisa dilatih, dirumah, dengan cara direkam, lalu didengarkan dan dikoreksi. Seperti pada saat saya akan ujian terbuka, saya berlatih presentasi didepan cermin, dan direkam. Setelah berulang kali latihan, akhirnya ketemu formula, bagaimana memanfaatkan durasi 20 menit yang diberikan. Alhamdulillah hasilnya tidak sia-sia, saya pribadi puas.  

Perhatikan Penampilan
pastinya dong, karena bakal disaksikan oleh orang banyak dari ujung kaki sampai ujung kepala, maka penampilan yang baik itu kudu diperhatikan. Ribet ya, jadi public speaker itu?, hehe. relatif,tergantung orang yang menilainya. 

===
Kembali harus dipahami bahwa saat men jadi public speaker itu tujuannya apa? memberikan informasi, membujuk, menghiburkah? 

Acara apa? kapan diadakan? dimana tempatnya?, dilapangan dengan digedung akan menentukan bagaimana membawakan acara secara keseluruhan. Mulai unsur verbal maupun non-verbal. Yang tak kalah pentingnya adalah siapa audience-nya. Perlu identifikasi audience, dengan melakukan riset terlebih dahulu.

Riset audience sangat penting terutama mengenai :

Demografi (gender, usia, tingkat pendidikan, kelas sosial, ekonomi,dll). 
Geografi, apakah orang kota, desa, budaya, adat kebiasaan, logat, bahasa dll.  
Behaviour (perilaku)
Psikologi (kepribadian)

===
Membuka acara perlu diperhatikan adalah Facing, Greeting, Atmosfer, dan Interacting. 

Facing adalah memposisikan diri sama dengan peserta (audience), samakan frekuensi, misalnya peserta adalah ibu-ibu, maka suara yang digunakan tidak telat dengan bahasa alay, atau anak-anak. 

Greeting. Pelajari salam yang biasa digunakan, secara agama, atau budaya. Salam untuk acara keagamaan dengan acara nasional pasti beda. 

Atmosfer. Membawa nuansa yang menyenangkan, cair, tidak kaku dan lain-lain.

Interacting. Membangun kedekatan emosional dengan audience, dengan mengajak berinteraksi. Turun panggung, menyapa langsung peserta.

===tips-tips===
  • jarak mic dengan mulut sekitar 1 jari atau satu kilan, bisa juga disesuaikan dengan jenis mic dan suara yang dihasilkan.
  • Cara memegang mic, posisi tangan kurleb 45 derajat, tidak menutupi wajah
  • Pahami pakem acara, misalnya sambutan, pakemnya salam, menyebutkan orang -orang penting yang hadir. 
  • Greeting pakemnya penyebutan orang penting yang hadir, mulai dari jabatan tertinggi ke rendah, (Yang terhormat, Bapak Gubernur...., yang kami hormati bapak walikota, dst.).
  • Pakem sambutan dimulai dari sambutan dari jabatan rendah ke tertinggi. Misalnya. Camat, walikota, dan gubernur.
  • Kontrol diri apa saja yang akan disampaikan, ini pentingnhya membuat perencanaan.Juga kontrol nafas.
  • Pakem acara pembukaan-isi-penutup.
  • Bagi pengajar, latihan setiap malam sebelum mengajar,direkam dan  bila perlu lakukan riset. 
  • percaya diri hanya bisa tumbuh jika telah bisa menerima diri apa adanya, lalu perbaiki apa yang bisa dirubah, menjadi lebih baik. 
  • Baca doa, sesuai kepercayaan. Misalnya baca Al-fatikhah, dan baca surah lainnya. 
==Indikator keberhasilan Seorang Public Speaker,==

Public speaker dianggap berhasil apabila mampu :
  1. menambah wawasan audience 
  2. merubah perasaan
  3. merubah perilaku
===
Jangan lupa berlatih, berlatih, dan berlatih...
Semangaaat, dan jangan lupa bahagia. Insyaallah, cerita tentang latihan make up...menyusul.aamiin

==
#Day3
#KLIP
#30haribercerita
#30harihbc
#ibupembelajar
#ibupendidik
#menulissetiaphari
#Ngeblog_tiaphari




Thursday, January 16, 2020

Aliran Rasa, Rasa itu Mengalir bersama Asa



Alhamdulillah, puji syukur bisa menuntaskan belajar dikelas telur-telur. Kini, bermetamorfosa ke ulat-ulat. Banyak belajar dikelas ini, sangat banyak manfaatnya. Membantu saya lebih fokus, mau terampil dimana?. Semoga peta belajar disini mampu menuntun langkah-langkah kedepan sampai tujuan. Aamiin.

Terimakasih Ibu Septi dan seluruh civitas akademika Institut Ibu Profesional, atas kebahagiaan ini, juga ilmunya. Barakallahufiikum.




No photo description available.



Alhamdulillah telurku telah menetas, sekarang menjadi ulat cantik nan lucu. Ulat-ulat ini siap memakan makanan lezat, dan setelah cukup kenyang, makanan lezat ini akan aku bagi ke teman-teman. mari man teman kita makan bersama, dengan menu yang telah aku racik dari berbagai resep.
Bismillah...semoga dimudahkan, segalanya.aamiin 

Mapping Article


Day 2

--
Sebelum menulis artikel ilmiah biasanya melakukan mapping artikel-artikel yang akan menjadi dasar untuk membuat model penelitian. Apakah ini sama dengan membuat mind map?. Ya, bisa dikatakan sama.

Apa manfaat membuat mapping ini? sesuai namanya sebagai penunjuk jalan, atau arah supaya tidak tersesat. Maksudnya lebih fokus pada tema yang dipilih, karena banyak sekali hal penting yang bisa disarikan dari sebuah artikel. Tanpa peta, akan bingung dan memakan waktu lama. Oleh karenanya perlu dipilah dan dipilih apa saja yang penting dan perlu.

Setelah mengumpulkan sejumlah artikel sesuai tema yang telah ditentukan sebelumnya, maka tiba saatnya membuat mapping. Ada banyak bentuk map atau peta artikel, bebasss...mau dibuat seperti apa, pilih yang paling disukai dan sesuai kebutuhan. Kalau berdasarkan pengalaman yang sudah saya buat, mapping artikel dibuat dalam bentuk tabel yang berisi poin-poin penting yaitu; Nomer, Nama Penulis + Judul+Penerbit+tahun, Variabel (Bebas, mediasi, moderasi, terikat), Alat analisis, Hasil penelitian, dan saran.

Map Artikel GPI

Itu hanya contoh map yang biasa saya buat, Anda bisa berkreasi membuat map yang lebih baik dan lebih disuka, yang terpenting sesuai kebutuhan. Informasi apa saja yang dibutuhkan untuk memperkaya tulisan artikel yang akan Anda tulis.Oh iya, pelajaran membuat map artikel ini saya dapat pada perkuliahan matrikulasi awal tahun 2014, dan sampai kini masih relevan untuk digunakan. Terimakasih Bapak dan Ibu dosen atas ilmunya, barakallah.

Berapa jumlah artikel yang ideal untuk menulis satu tema artikel?, jumlah ideal tentu relatif ya, namun ada yang berpendapat minimal 30. Jumlah tersebut biasanya hanya untuk membuat model atau kerangka konseptualnya saja ya, setelah dikembangkan menjaid tulisan maka artikel akan bertambah lagi jumlahnya, sebagai referensi supaya tulisan semakin kaya dan menarik tentunya.

Artikel-artikel tersebut akan dijadikan dasar untuk menemukan reseacrh gap atau kesenjangan penelitian. Kesenjangan penelitian itu adalah adanya inkonsitensi hubungan antara dua variabel. Selain itu variabel apa saja yang berperan sebagai anteseden dan konsekuen dari kedua variabel yang inkonsisten tersebut. Juga, variabel apa yang bisa menjadi solusi dari kesenjangan tersebut. Solusinya dengan menambahkan variabel antara. Umumnya variabel antar itu disebut variabel mediasi atau moderasi. Dasar untuk menambahkan variabel antara ini tentu harus ada landasan teori atau penelitian empiris yang kuat, jadi tidak asal comot dan tempel saja.

Berapa usia artikel yang relevan untuk dijadikan referensi? dilihat dari usia penerbitan artikel, sebaiknya gunakan artikel-artikel yang diterbitkan 10 tahun terakhir. Misalnya, dari tahun 2009 - 2019. Setiap penerbit atau publisher biasanya memiliki standar mengenai usia artikel yang boleh digunakan untuk literatur artikel. Ada baiknya sebelum menulis artikel, cari informasi mengenai publisher atau penerbit artikel beserta syarat-syaratnya.

Apakah semua artikel dengan tema yang sama boleh digunakan?, lagi-lagi tergantung publisher yang ingin dituju. Jurnal terakreditasi nasional dengan yang tidak terakreditasi tentu akan berbeda kualitas artikel referensi yang diminta. Akreditasi nasional pun ada beberapa level, yaitu Sinta 1 sampai 6, hal itu berimbas pula dengan artikel referensi yang digunakan.  Sedangkan untuk yang jurnal internasional juga ada yang bereputasi (terindeks Scopus dan Thomsom Reuter), artikel referensi juga harus menggunakan yang berasal dari jurnal-jurnal berkualitas (bereputasi).

Mungkin itu dulu ya, yang bisa dipaparkan dalam tulisan kali ini. Semoga tetap istiqomah menulis. aamiin.


==
#Day2
#KLIP
#30haribercerita
#30harihbc
#ibupembelajar
#ibupendidik
#menulissetiaphari
#Ngeblog_tiaphari









Wednesday, January 15, 2020

Menulis Artikel


Menulis artikel ilmiah yang baru, masuk daftar yang harus aku kerjakan bulan ini. Sengaja memilih tema baru, untuk penyegaran saja. Biasanya menulis artikel dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Namun, kali ini saya ingin menulis artikel konseptual atau artikel yang berdasarkan studi pustaka (Desk Reseach). Tema masih diseputar Green Brand, mengulik mengapa orang memutuskan membeli produk ramah lingkungan.

Mulailah aku browsing di mesin pencarian, memasukan variabel yang ingin diteliti. Munculah banyak judul artikel terkini dan ter....old, hehe. Begitu banyaknya sumber data yang bisa diperoleh dengan cepat, dan mudah. Tidak terbayang menulis artikel pada masa lalu, sebelum ada internet dan lain-lainnya, penulis harus hunting artikel keatau buku ke perpustakaan secara langsung  karena tidak bisa diakses dari jauh. Belum lagi jarak yang harus ditempuh, juga biaya.Alhamdulillah bersyukur diberi waktu hidup di jaman seperti sekarang, jaman mudah dan murah mencari artikel penelitian ilmiah.



Image result for menulis artikel ilmiah
Pict. Google.

Mendapatkan artikel untuk bahan menulis tidaklah sulit, juga tidak perlu waktu lama, dan cukup duduk dirumah tidak perlu keluar. Namun, mereview artikel, membaca poin-poin penting yang menyita waktu cukup lama. Membaca, mencatat, mereviu, membuat mapping artikel minimal 30.

Alhamdulillah, sudah mendapatkan artikel yang menjadi kesenjangan penelitian atau Gap research, tinggal melengkapi artikel pendukungnya.

Sekarang tinggal mencari artikel yang membahas variabel yang bisa menjadi solusi kesenjangan penelitian tersebut. Hal itu harus berdasarkan penelitian terdahulu dan teori-teori untuk menguatkannya.

Jadi, solusi tersebut tidak asal pasang variabel lain, namun harus memiliki dasar yang kuat, mengapa harus menggunakan solusi tersebut dalam mengatasi masalah atau kesenjangan penelitian.

Disitulah dibutuhkan analisis mendalam, secara cermat dan teliti. Supaya bisa dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Jadi kalau mau diurutkan sebenarnya menulis artikel ilmiah konseptual (penelitian pustaka) yang menggunakan data sekunder (data sekunder yang dimaksud disini adalah buku, artikel penelitian sebelumnya, dll) adalah sebagai berikut.
  • Tentukan tema/topik
  • Mencari dan mengumpulkan artikel 
  • Baca dengan seksama (deep reading)
  • Mereview aretikel2
  • Mapping artikel
  • Membangun model /kerangka konseptual
  • Bikin outline menulis artikel sesuai selingkung biasanya terdiri dari : Pendahuluan, Literatur review, Metode penelitian, Analisis dan Pembahasan, dan kesimpulan & Saran.
  • Poin 7 harus disesuaikan dengan metodologi penelitian, dan publisher yang dituju. Karena, setiap publisher memiliki selingkung yang berbeda, meskipun pada intinya berisi poin-poin nomer 7.
  • Kembangkan outline tulisan
  • Setelah selesai, endapkan dulu, rehat dulu.
  • Proses editing dan revisi. Pekerjaan menulis dengan mengedit itu merupakan pekerjaan yang berbeda, jadi jangan dilakukan sekaligus. Maka sebaiknya dilakukan di waktu terpisah. Hal itu untuk menghindari kejenuhan, kelelahan dan kesalahan, yang menyebabkan penulis  kurang teliti.
  • Bila perlu, minta dibaca ataqu direviu oleh orang lain yang memiliki kompetensi, ini untuk menguatkan apakah artikel kita sudah oke atau belum.
  • Setelah melalui proses revisi, revisi dan revisi..dengan teliti, maka artikel dianggap selesai, dan siap disubmit ke jurnal tujuan.

Plooong......bahagia, legaaa...setelah berhasil menulis dan submit artikel. Semoga istiqomah menulis.aamiin

==
#Day1
#KLIP
#30haribercerita
#30harihbc
#ibupembelajar
#ibupendidik
#menulissetiaphari
#Ngeblog_tiaphari

Monday, January 13, 2020

Illeism




Bismillahirrahmanirrohim,

Hallo Bunda, pernahkah teman, saudara atau orang yang tidak kita kenal lebih suka menyebut namanya sendiri dan tidak mau menggunakan kata ganti ''aku'', atau ''saya?''. Misalnya seseorang yang bernama Ibu Kiran, saat bicara dengan teman arisannya, ''Kiran tidak suka makan daging sapi lho''. 

Ibu Kiran tidak mengatakan ''Saya tidak suka makan daging sapi lho.''.

Nah fenomena orang seperti Ibu Kiran itu disebut Illeism. Illeism adalah orang yang menyebut namanya sendiri dan tidak mau menggunakan kata ganti. Dengan kata lain, pembicara menempatkan dirinya sebagai acuan dan sumber utama dari pembicaraan. 

Perilaku illeism ini berkaitan dengan kondisi psikologis, sebagai proses yang produktif dan positif maupun sebaliknya.  Dalam kondisi tertentu hal itu bisa membuat orang  merasa lebih nyaman dan tenang, serta kondisi self esteem yang lebih tinggi. Jadi orang-orang dengan perilaku itu, merasa nyaman menyebutkan namanya dibanding menggunakan kata ganti ''Saya'' atau ''aku''. 

Namun, ada juga yang berpandangan negatif terhadap perilaku tersebut. Masih banyak orang yang menganggap bahwa orang yang illeism mempunyai kepribadian yang narsistik, dan cenderung membanggakan dirinya sendiri. Ada juga yang mengkaitkan dengan personality disorder (gangguan kepribadian). 

Personality disorder  adalah kumpulan gangguan jiwa yang mempengaruhi bagaimana orang berpikir, merasa, dan berperilaku. Larsen (2005) mendefinisikan personality disorder sebagai suatu bentuk perilaku kebiasaan yang sangat jauh berbeda dengan kebiasaan seseorang pada umumnya. Illeism memang salah satu bentuk perilaku yang berbeda ''ora umum'', tetapi tidak serta merta layak disebut gangguan kejiawaan. Kalau alasan mengapa melakukannya?Tentu saja perlu ditanyakan kepada orang yang melakukannya.

Dilihat dari segi etika dan kesopanan, ada yang berpendapat bahwa orang dewasa tidak pantas menyebut namanya sendiri, kurang sopan apalagi jika yang diajak bicara orang yang lebih tua,.

Illeism juga dianggap  sebagai sikap kekanakan. Memang biasanya anak-anak yang melakukannya. Misal  ''Bu, Sarah minta permen.'' Rengek Sarah anak usia 5 tahun itu. 

Ada juga yang mengatakan kalau itu lebih sopan daripada menggunakan kata ''aku'' ketika berbicara kepada orang yang lebih tua, atau orang yang belum begitu dikenal.

Dalam suasan formal dan bicara kepada orang yang lebih tua, tentu tidak sopan jika menyebut namanya sendiri. Seorang mahasiswa tentu kurang sopan apabila menyebut namanya ketika berdialog dengan dosennya, ''Mohon maaf Prof., Karina lupa tidak membawa buku materi.'' Lebih elok jika ''Mohon maaf Prof., saya tidak membawa buku materi.''

Tidak banyak literatur yang membahas mengenai Illeism ini, yang jelas ada pendapat yang mendukung dan ada yang tidak, bahkan lebih ekstrim lagi ada yang  merasa jijik. Masa' sih?


Berbagai pendapat tersebut menunjukan bahwa illeim itu dilihat dari segi etika kesopanan adalah relatif. Kalau begitu  dikembalikan kepada pribadi masing-masing ya Bund?. Mungkin ada baiknya disesuaikan dengan kondisi dan siapa lawan bicara. Bila berbicara dengan orang yang lebih tua, belum terlalu akrab, belum kenal, suasana formal sebaiknya gunakan kata ganti ''Saya''. Boleh gunakan kata ''aku''/ ''gue'' bila sudah akrab dan kenal baik. Lalu, kapan boleh nyebut nama sendiri?
Emmh....kapan ya? 

Btw, saya pribadi merasa geli kalau ada orang dewasa yang seperti itu (illeism), entah mengapa, pokoknya geli saja. Tetapi, saya bisa memakluminya, tidak protes atau menegurnya. Itu hak dia, dan perasaan geli itu biarlah menjadi urusan saya sendiri, 😊. Oleh karenanya saya tidak pernah melakukannya, dan berharap anak-anak saya tidak melakukannya juga. Kalau orang lain, silahkan saja. 

Bijak itu lebih baik. 

===
catatan:
Btw, = by the way (ngomong-ngomong...)

#menulissetiaphari
#setiapharimenulis

Sunday, January 12, 2020

Peta Belajarku


Bismillahirrahmanirrohim,

Tahapan ini semakin menantang. Memaksa berpikir lebih keras dan merenung lebih lama. Ini belajar yang outputnya bukan hanya laporan tugas, namun proses belajar menuju perubahan. Perubahaan ke arah yang lebih baik. Kalau belajar tidak ada perubahan, tidak ada artinya, kata Bunda Septi.

Saya harus merevisi telur merah yaitu keterampilan bahasa diganti dengan keterampilan menulis (writing skill). Pada telur oren, semula hanya 1 keterampilan yang akan diasah, ditambah satu telur lagi sehingga menjadi dua telur yaitu writing skill dan manajemen waktu.

Untuk percaya diri dalam menulis saya perlu meningkatkan keterampilan menulis dengan menguasai ilmu kepenulisan, dan manajemen waktu. Selain itu saya merasa perlu membuat target yang ingin saya capai dalam lima bulan kedepan bisa menyelesaikan satu buku dan satu artikel. Kedua target tersebut sudah dimulai namun karena berbagai hal jadi tertunda. Sedangkan menulis di blog, target saya tiap hari, menulis di blog merupakan sarana latihan yang efektif dan disarankan banyak penulis senior.

Alhamdulillah, peta belajar berhasil saya buat, semoga mampu membantu saya dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri menulis, dan mampu menunjang profesi sebagai pengajar/pendidik, Aamiin.

Gambar petanya kurang menarik, maklum masih amatir..😃

Petaku


===
#janganlupabahagia
#jurnalminggu4
#materi4
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional


Mendidik Anak Ala Keluarga Berbudi

Link